
Benci tapi Rindu, AS-China Mendadak Akur, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan China telah menyepakati pembentukan kelompok kerja mengenai perdagangan dan isu-isu perdagangan. Hal ini terjadi saat hubungan kedua rival pasifik itu terus diwarnai permasalahan.
Pada hari pertama kunjungan di China, Senin (28/8/2023), Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo bertemu dengan mitranya dari Beijing, Menteri Perdagangan Wang Wentao. Keduanya sepakat membuat dua saluran komunikasi baru yang akan membuka dialog mengenai keamanan nasional dan perdagangan.
"Kita berbagi perdagangan senilai US$ 700 miliar, dan saya setuju dengan Anda bahwa sangat penting bagi kita untuk memiliki hubungan ekonomi yang stabil," katanya kepada Wang dikutip Newsweek.
"Ini adalah hubungan yang rumit; ini adalah hubungan yang menantang. Tentu saja kita akan berbeda pendapat dalam beberapa isu, namun saya yakin kita bisa membuat kemajuan jika kita bersikap langsung, terbuka, dan praktis."
Di sisi lain, Wang mengatakan "sangat menyenangkan bisa melakukan dialog dan koordinasi di bidang ekonomi dan perdagangan".
"Keduanya sepakat untuk menciptakan pertukaran informasi penegakan kendali ekspor" untuk mengurangi kesalahpahaman mengenai kebijakan keamanan nasional AS, bersama dengan kelompok kerja perdagangan," katanya.
Kesepakatan keduanya timbul ketika kekhawatiran terhadap perekonomian China telah menimbulkan guncangan di pasar global dan membawa kekhawatiran lebih lanjut mengenai dampak potensialnya di AS. Guncangan ini terlihat pada sektor properti negara itu yang mulai terancam default.
Raimondo adalah pejabat senior pemerintah AS keempat yang mengunjungi Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir. Beijing belum melakukan tindakan timbal balik dengan perwakilan seniornya, namun kedua negara mencari cara untuk meningkatkan hubungan ekonomi.
Sementara itu, Pemerintahan Presiden Joe Biden telah dikritik lantaran terlalu bersemangat untuk terlibat dengan China secara sepihak dan hanya menerima sedikit imbalan. Ini pun telah membawa nuansa baru dalam rivalitas antara kedua negara.
Namun wacana antara Beijing dan Washington menjadi tidak terlalu renggang setelah kunjungan masing-masing Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Menteri Keuangan Janet Yellen, dan utusan perubahan iklim John Kerry ke China.
"Tanpa reintroduksi tatap muka yang strategis, kunjungan Raimondo tidak akan mungkin terjadi atau tidak akan terwujud. AS dan Tiongkok telah berjuang untuk mencapai keseimbangan antara menjaga komunikasi sambil bersaing," papar peneliti senior di lembaga think tank nasional Third Way, Shirley Martey Hargis.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hasil 'Kopdar' Biden-Xi Jinping, Bahas AI hingga Taiwan
