Curhat Pengusaha! Maaf Sawit Sedang Tak Baik-Baik Saja

Martya Rizky, CNBC Indonesia
23 August 2023 13:35
Ketua Umum Gabungan Usaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Marto saat menghadiri acara FoodAgri Insight On Location dengan tema
Foto: Ketua Umum Gabungan Usaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Marto saat menghadiri acara FoodAgri Insight On Location dengan tema "Melawan UU Anti-Deforestasi Uni Eropa" di Jakarta, Selasa (1/8/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Bandung, CNBC Indonesia - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menyebut kondisi industri kelapa sawit sekarang ini memang sedang kurang bagus. Hal ini tak terlepas dari harga minyak nabati dunia yang juga sedang mengalami penurunan.

Apabila dibandingkan dengan tahun 2022 pada periode yang sama, katanya, memang volume ekspor kelapa sawit tahun ini mengalami kenaikan, tetapi jika dilihat secara nilai, angkanya mengalami penurunan.

"Sekarang kondisinya memang kurang bagus, contoh ekspor kita dibandingkan tahun 2022 pada periode yang sama itu naik, tetapi secara angka, nilai itu turun karena harga minyak nabati dunia itu turun," kata Eddy dalam acara Workshop Wartawan Gapki di Bandung, Rabu (23/8/2023).

Eddy mengatakan, kelapa sawit merupakan salah satu minyak nabati di dunia, bukan satu-satunya minyak nabati. Meskipun sawit memiliki pangsa pasar terbesar di dunia, tetapi kelapa sawit masih di angka 33% yang dimana sisanya masih ditempati oleh minyak nabati lain.

"Jadi, sawit ini tidak bisa berdiri sendiri. Apabila terjadi sesuatu dengan minyak nabati lain, sudah pasti nantinya juga akan berpengaruh terhadap harga minyak sawit," ujarnya.

Dia memberi contoh, pada saat awal terjadi perang Rusia-Ukraina beberapa negara menjadi panik karena minyak nabati biji bunga matahari tidak bisa keluar, baik dari Rusia maupun dari Ukraina, hasilnya menyebabkan harga minyak nabati naik tajam dan terjadi tragedi penghentian ekspor sawit dari Indonesia dalam upaya stabilisasi harga minyak goreng.

"Harga minyak nabati naik tajam, dan terjadi tragedi ekspor Indonesia di stop. Apa yang terjadi? (Padahal) waktu itu produksi sedang bagus, akhirnya stok penuh, TBS petani juga tidak tertampung, dan akhirnya busuk dipohon. Karena kita tidak bisa minta ke pohon agar buahnya jangan dimatengin dulu, kan tidak bisa. Sehingga akhirnya harganya jatuh," tuturnya.

Eddy menjelaskan bahwa jatuhnya harga sawit disebabkan karena para pembeli atau buyer di luar negeri sudah mengetahui, bahwa pada saat Indonesia menyetop ekspornya maka akan terjadi penumpukan stok yang berlimpah, sehingga pada akhirnya pemerintah Indonesia akan kembali membuka keran ekspornya dengan harga yang sudah jatuh.

"Jadi mereka santai saja, 'sudah nanti pasti kita akan bisa beli, tidak usah kita beli sekarang," ucapnya.

Ia juga menanggapi soal pembentukan bursa CPO di Indonesia dalam rangka pembentuk harga minyak sawit di Indonesia. Namun, ada catatan soal kebijakan bursa yang berlaku wajib, selain menambah biaya juga sifatnya wajib membuat konsekuensi lainnya.

"Memang sebenarnya bursa di dunia ini tidak ada yang mandatory (wajib), semuanya adalah voluntary (sukarela), di situ ada pertemuan antara supply dan demand, nah akhirnya akan terbentuk harga," katanya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Panggil Airlangga Cs ke Istana, Ternyata Mau Bahas Satgas Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular