Polusi Udara Jakarta Akut, Ternyata Ini Biang Keroknya

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Inevstasi (Kemenko Marves) membeberkan penyebab atau 'biang kerok' dari polusi udara di Jakarta dan daerah sekitarnya.
Deputi Koordinator Bidang Transportasi dan Infrastruktur Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin mengatakan biang kerok dari polusi udara yang mengepung Jakarta disebabkan oleh pembakaran dari kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil.
Dia mengungkapkan berdasarkan studi yang dilakukan Vital Statistic DKI Jakarta, polusi udara di Jakarta hampir 70% berasal dari sektor transportasi.
"Dari Vital Statistic Jakarta ini, dari 5 polutan ada SO2, ada NOX, CO, PM 10, dan PM 2,5. Ini partikel yang paling berbahaya PM 2,5 karena sangat kecil dan bisa masuk paru-paru. Yang paling besar itu 4 dari 5 polutan yang ada di studi ini itu keluar dari sektor transportasi terbesar yang PM 2,5, 67%," ungkapnya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, dikutip Rabu (23/8/2023).
Adapun, Rachmat juga mengungkapkan bahwa sektor industri dan sektor pembangkit listrik juga berperan besar menjadi penyumbang polusi udara di Jakarta. Namun memang yang paling mendominasi sebagai sumber polusi di Jakarta berasal dari sektor transportasi. "Kemudian industri 26,8%, power plant 5,7%. Jadi 2/3 datang dari transportasi," bebernya.
Dia juga mengatakan bahwa terhitung ada sebanyak 20 juta lebih kendaraan bermotor yang ada di Jakarta. Hal itu belum terhitung dari kendaraan yang keluar masuk Jakarta beserta bus dan truk yang juga menjadi penyumbang polusi di Ibu Kota. "Kita punya 20 juta lebih kendaraan bermotor di DKI Jakarta saja, belum yang keluar masuk ada 17 juta motor di DKI sekitar 3 juta something mobil, belum lagi bus, truk, dan sebagainya," paparnya.
Selain itu, penyumbang terbesar polusi di Jakarta lainnya seperti dari sektor industri dan pembangkit listrik juga menghasilkan polutan yang berbahaya bagi tubuh manusia.
"Ada PLTU juga, ada ribuan industri. Ini semua saling kontribusi, solusi utama adalah bagaimana menurunkan pembakaran ini combustionnya. Bagaimana kita limit emisi jika pembakaran terjadi dan bagaimana melindungi masyarakat dari terpapar polusi," tandasnya.
Di lain sisi, mengutip paparan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, terkait peningkatan kualitas udara Jabodetabek, yang disampaikan pada Rapat Terbatas Kabinet di Istana Negara, Jakarta Senin (14/8/2023), sektor transportasi merupakan pengguna bahan bakar paling besar di Jakarta.
Data itu menunjukkan, sektor transportasi berkontribusi sebesar 44% dari penggunaan bahan bakar di Jakarta, diikuti industri energi 31%, lalu manufaktur industri 10%, sektor perumahan 14%, dan komersial 1%.
Dari sisi penghasil emisi karbon monoksida (CO) terbesar, disebutkan disumbang dari sektor transportasi sebesar 96,36% atau 28.317 ton per tahun, disusul pembangkit listrik 1,76% 5.252 ton per tahun dan industri 1,25% mencapai 3.738 ton per tahun.
Sepeda motor merupakan menghasilkan beban pencemaran per penumpang paling tinggi dibanding mobil pribadi bensin, mobil pribadi solar, mobil penumpang, dan bus. Dengan populasi mencapai 78% dari total kendaraan bermotor di DKI Jakarta sebanyak 24,5 juta kendaraan, dengan pertumbuhan 1.046.837 sepeda motor per tahun.
Namun dari sisi penghasil emisi Sulfur Dioksida (SO2), sektor industri manufaktur menjadi kontributor utama penghasil emisi SO2 yakni sebesar 2.631 ton per tahun atau sebesar 61,9%. Sedangkan posisi kedua penghasil emisi SO2 terbesar ditempati industri energi yaitu 1.071 ton per tahun atau sebesar 25,17%. Sedangkan kendaraan bermotor hanya 11% sebesar 493 ton per tahun.
Laporan itu juga menepis kabar bahwa dugaan polusi udara karena PLTU di Suralaya yang berdiri di Cilegon, Provinsi Banten, karena pergerakan angin yang tidak mengarah ke Jakarta.
Siti kemudian menjelaskan polusi udara disebabkan kemarau panjang hingga adanya konsentrasi polutan. "Ada beberapa faktor antara lain kemarau panjang, kemudian konsentrasi polutan, lalu ada emisi dari transportasi termasuk dari manufaktur industri," kata Siti saat memberikan keterangan usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Senin (14/8/2023).
Siti menjelaskan penyebab pencemaran kualitas udara ini disebabkan oleh kendaraan bermotor. Karena dari catatannya, pada tahun 2022 lalu itu ada 24,5 juta kendaraan bermotor dan 19,2 juta di antaranya sepeda motor. "Bahwa penyebab utama pencemaran kualitas udaranya adalah kendaraan," katanya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap! Ini Fakta Penyumbang Terbesar Polusi Udara Jakarta
