Harga Beras Meledak, Anak Buah Jokowi Lakukan Ini

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Selasa, 22/08/2023 17:50 WIB
Foto: Suasana aktivitas bongkar muat beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Selasa (8/8/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menuturkan bahwa sejumlah persiapan telah digalakkan sejak awal tahun 2023 dalam upaya mengantisipasi lonjakan harga beras yang diprediksi akan terjadi mulai Agustus hingga Desember 2023.

"Sekarang mengerti kan kenapa Badan Pangan itu dari awal tahun sudah siapkan itu semua. Pak Presiden menyiapkan importasi. Jadi ya itu, ini baru awal ya, karena ini baru Agustus, masih belum September, Oktober, November, Desember," kata Arief kepada CNBC Indonesia, Selasa (22/8/2023).

Arief mengatakan, pihaknya sudah mengkalkulasi dan menghitung terkait kebutuhan pangan hingga akhir tahun 2023 mendatang, karena menjadi tidak mungkin jika pemerintah baru sekarang tergopoh-gopoh dalam menyiapkan stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Bulog.


"Jadi Badan Pangan nasional itu sudah mengkalkulasi dan menghitung bagaimana nanti sampai dengan akhir tahun. Kan nggak mungkin sekarang baru menyiapkan tergopoh-gopoh stok di Bulog, kan nggak. Jadi stok di Bulog saat ini sudah ada 1,3 juta ton, tinggal kita mau pakai kapan kan begitu ya," ujarnya.

Adapun upaya lainnya yang dilakukan Pemerintah dalam melakukan intervensi harga beras, yakni dengan melakukan Gerakan Pangan Murah (GPM), mempersiapkan stok CBP di Bulog, melakukan penganekaragaman konsumsi, hingga mensosialisasikan kepada masyarakat agar belanja bijak.

Selain itu, Bapanas juga tengah menyiapkan bantuan pangan tahap dua berupa beras 10 kilogram (Kg) untuk 21,353 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM), yang akan mulai disalurkan per Oktober, November, dan Desember 2023.

"Jadi ini semua memang kita sudah siapkan dari kemarin, dari beberapa bulan lalu. Dan perlu diketahui bahwa tidak mudah juga mendapatkan beras dari luar negeri, kan tahu di India kayak apa, Vietnam seperti apa, semua akan menjaga stoknya mereka," tuturnya.

Foto: Suasana aktivitas bongkar muat beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Selasa (8/8/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Suasana aktivitas bongkar muat beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Selasa (8/8/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Sementara itu, Arief menyebut alasan utama dari kenaikan harga beras yang kerap terjadi adalah karena faktor produksi yang menurun. Dimana teori supply dan demand, katanya, selalu berkaitan erat dengan gejolak harga yang terjadi.

"Jadi intinya, sebenarnya ada diproduksi, kuncinya itu ada diproduksi. Gampang banget kok kalau harga naik itu biasanya suplainya berkurang, sudah pasti. Jadi kita nggak bisa lepas dari teori supply dan demand," jelasnya.

Arief tak menampik bahwa saat ini memang tengah terjadi kenaikan harga pada gabah, sehingga produktivitas penggilingan padi sekarang ini hanya mendapatkan 23%-30% dari kapasitas giling biasanya. "Untuk itu harus kita tingkatkan sama-sama. Kita harus dukung, harus bantu bagaimana caranya meningkatkan produksi," lanjut dia.

Lebih lanjut, Arief menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mendorong produksi dengan cara membangun embung, menyiapkan waduk, saluran irigasi, menyiapkan benih.

"Hal itu semua kan sudah diwanti-wanti beliau dari awal, bahwa ini jangan sampai ke depan kita produksinya turun. Nah kalau produksinya turun ya sudah kita pilihannya, satu kalau nggak penganekaragaman konsumsi, ya satu lagi impor, tinggal dipilih saja," kata Arief.

Arief mengatakan pihaknya akan terus berusaha keras melakukan intervensi untuk menstabilkan kembali harga beras di pasaran.

"Kita berusaha semaksimal mungkin agar harga beras tidak terus melambung naik dengan cara melakukan intervensi seperti yang tadi sudah saya sampaikan," pungkasnya.

Sebagai catatan, harga beras terpantau naik lagi hari ini, Selasa (22/8/2023). Terpantau, harga beras kini semakin jauh melampaui harga tertinggi tahun 2022 lalu.

Panel Badan Pangan mencatat, harga beras medium hari ini naik Rp 20 ke Rp 12.110 per kg. Terpantau, setidaknya dalam sepekan terakhir, harga beras berfluktuasi naik, di mana pada 15 Agustus lalu berada di Rp 12.030 per kg. Begitu juga harga beras premium. Tercatat hari ini bertengger di Rp 13.780 per kg, naik dari sepekan lalu di Rp 13.680 per kg. Harga tersebut adalah rata-rata nasional harian di tingkat pedagang eceran.

Harga tertinggi beras medium hari ini sudah mencapai Rp 15.790 per kg, terjadi di Papua. Sementara beras premium mencapai Rp 19.270 per kg, harga tertinggi hari ini, terjadi di Kalimantan Selatan.

Secara rata-rata bulanan, harga beras medium saat ini adalah Rp 12.010 per kg, jauh di atas rata-rata bulan Agustus 2022 yang tercatat di Rp 10.780 per kg. Begitu juga beras premium, saat ini di Rp 13.670 per kg, padahal Agustus 2022 masih di Rp 12.310 per kg.

Khusus di wilayah DKI Jakarta, harga beras medium (IR III/ IR 64) tercatat naik Rp263 ke Rp 11.280 per kg. Sementara beras Setra I atau premium naik Rp 280 ke Rp 13.480 per kg, mengutip data Informasi Pangan Jakarta.

Sementara, Pasar Induk Beras Cipinang melaporkan, harga rata-rata beras IR per 21 Agustus 2023 sudah naik 1,9% dibandingkan bulan lalu. Atau, melonjak 22,7% dibandingkan harga tahun lalu. Tercatat, harga rata-rata beras IR pada 21 Agustus di Rp 12.279 per kg.

Harga saat ini melampaui harga tertinggi tahun 2021 dan 2022. Yang tercatat di Rp 10.907,86 pada Desember 2022 dan Rp 9.596,17 di Desember 2021.


(wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos Bapanas Ungkap Prospek RI Ekspor Beras - Target Swasembada