Internasional

Pasukan Raja Salman disebut Bantai Warga Afrika, Ada Apa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 21/08/2023 20:05 WIB
Foto: Bendera Arab Saudi tertiup angin melawan langit cerah, Provinsi Al Madinah, Yanbu, Arab Saudi pada 26 Desember 2019 di Yanbu, Arab Saudi. (Corbis via Getty Images/Eric Lafforgue/Art in All of Us)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjaga perbatasan di Arab Saudi dilaporkan telah menembakkan senapan mesin dan meluncurkan mortir ke arah warga Ethiopia yang mencoba menyeberang ke kerajaan dari Yaman dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini diungkapkan Human Rights Watch, Senin (21/8/2023).

Dalam laporannya, Human Rights Watch menyebut kemungkinan ribuan migran tak bersenjata telah terbunuh dalam insiden itu. Mereka juga melaporkan terkait adanya mayat dan situs pemakaman di rute migran.


Secara rinci, Human Rights Watch mengatakan telah berbicara dengan 38 migran Ethiopia yang berusaha melintasi perbatasan antara Maret 2022 dan Juni 2023. Mereka mengatakan mereka melihat penjaga Saudi menembak migran atau meluncurkan bahan peledak ke kelompok.

Laporan itu juga menganalisis lebih dari 350 video dan foto yang diposting ke media sosial atau dikumpulkan dari sumber lain yang direkam antara 12 Mei 2021 dan 18 Juli 2023. Laporan itu juga memeriksa beberapa ratus kilometer persegi citra satelit yang diambil antara Februari 2022 dan Juli 2023.

"Ini menunjukkan para migran yang tewas dan terluka di jalan setapak, di kamp dan di fasilitas medis, bagaimana situs pemakaman di dekat kamp migran bertambah besar, perluasan infrastruktur keamanan perbatasan Arab Saudi, dan rute yang saat ini digunakan oleh para migran untuk mencoba melintasi perbatasan," tulis laporan itu dikutip Associated Press.

Foto satelit 27 April dari Planet Labs PBC yang dianalisis oleh The Associated Press menunjukkan struktur tenda yang sama yang diidentifikasi oleh kelompok HAM di dekat al-Raqw, Yaman, di perbatasan Saudi. Dua set garis pagar dapat dilihat tepat di seberang perbatasan ke Arab Saudi.

Situs yang dituliskan Human Rights Watch, diidentifikasi sebagai kamp migran di Al-Thabit, juga dapat dilihat dalam citra satelit. Citra satelit juga membenarkan laporan kelompok tersebut bahwa sebagian besar kamp telah dibongkar pada awal April.

Kedua wilayah tersebut berada di barat laut Yaman, yang dikuasai pemberontak Houthi. PBB telah mengatakan bahwa kantor imigrasi yang dikontrol Houthi "berkolaborasi dengan para pedagang manusia untuk mengarahkan migran secara sistematis" ke Arab Saudi dan menghasilkan US$ 50.000 seminggu.

Houthi telah menguasai ibu kota Yaman, Sanaa, sejak September 2014. Koalisi yang dipimpin Saudi telah memerangi Houthi sejak Maret 2015, tanpa mengusir mereka dari ibu kota.

Pertempuran sebagian besar terhenti antara pasukan pimpinan Saudi dan Houthi karena Riyadh mencari cara untuk mengakhiri perang. Namun, selama tahun-tahun perang, Houthi mengklaim banyak serangan melintasi perbatasan Saudi di wilayah pegunungan ini.

Sementara itu, imigran dari Ethiopia mendapati diri mereka ditahan, disiksa, dan bahkan dibunuh di Arab Saudi dan Yaman selama perang. Namun dalam beberapa bulan terakhir, ada kekhawatiran yang berkembang dari badan hak asasi manusia PBB tentang pasukan Saudi yang menyerang migran yang datang dari Yaman.

Sebuah surat tertanggal 3 Oktober 2022 dari PBB kepada Saudi mengatakan para penyelidiknya "menerima laporan dugaan penembakan artileri lintas batas dan tembakan senjata ringan oleh pasukan keamanan Saudi yang menyebabkan kematian hingga 430 orang dan melukai 650 migran."

"Kalau migran tertangkap, kabarnya mereka sering disiksa dengan cara dibariskan dan ditembak di bagian samping kaki untuk melihat seberapa jauh pelurunya atau ditanya apakah lebih suka ditembak di tangan atau di kaki," ujar lembaga multilateral itu.

Sekitar 750.000 warga Ethiopia tinggal di Arab Saudi, dengan sebanyak 450.000 kemungkinan memasuki kerajaan tanpa izin. Perang saudara dua tahun di wilayah Tigray utara Ethiopia membuat puluhan ribu orang mengungsi.

Atas laporan ini, seorang pejabat pemerintah Saudi, berbicara dengan syarat anonim, menyebut laporan Human Rights Watch "tidak berdasar dan tidak didasarkan pada sumber yang dapat dipercaya." Di sisi lain, pemberontak Houthi Yaman tidak menanggapi permintaan komentar.


(tps/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Prabowo dan MBS Bahas Perdamaian Kawasan, Peran RI Disorot