Internasional

Sanksi Barat ke Rusia Bikin Negara Ini Untung Besar, Loh?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 21/08/2023 21:40 WIB
Foto: Bendera Rusia (File Photo Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak meluncurkan serangan ke Ukraina, Rusia telah mendapatkan deretan embargo dan sanksi ekonomi dari negara-negara Barat. Sanksi tersebut dijatuhkan untuk menggembosi uang Moskow yang diduga dapat digunakan dalam berperang.

Sanksi ini kemudian pun telah berdampak hingga warga di Negeri Beruang Putih. Beberapa dari mereka pun kemudian memutuskan untuk keluar dari tanah airnya menuju negara lain. Salah satu yang menjadi tujuan favorit adalah Uni Emirat Arab (UEA).


Wall Street Journal melaporkan, puluhan ribu orang Rusia telah pindah ke negara ini dalam satu tahun terakhir, mengubah komunitas berbahasa Rusia menjadi salah satu yang paling terlihat di negara berpenduduk sekitar sembilan juta orang itu. Kebanyakan warga Rusia yang menetap di sini tidak dikenai sanksi.

Bank-bank di negara itu mulai menerima arus dana dalam jumlah besar dari Rusia. Warga Rusia juga telah memicu ledakan real estat di Dubai. Mereka sering kali bertransaksi dengan uang tunai.

Orang Rusia juga dapat menemukan merek pizza favorit mereka dan menyekolahkan anak mereka ke sekolah berbahasa Rusia. Sebuah industri baru juga terbentuk di negara ini, dengan munculnya pedagang mencari barang elektronik, mobil, dan barang mewah Barat lainnya untuk diekspor ke Rusia, yang saat ini tidak dapat diakses secara langsung.

Tak hanya warga biasa, elit Rusia juga merasa diterima di Dubai. Igor Sechin, orang kepercayaan Putin, merayakan hari Tahun Baru lalu di Palm Jumeirah, sebuah pulau buatan di lepas pantai Dubai.

Amerika Serikat (AS) dan sebagian besar negara Eropa telah memberi sanksi kepada Sechin karena menjadi anggota lingkaran dalam Putin dan melarangnya bepergian ke sana. Tetapi tidak ada yang menghalanginya untuk mengunjungi UEA.

"Sechin menjalankan Rosneft, sebuah perusahaan minyak negara Rusia, dan berada di Dubai dalam perjalanan keluarga sambil memeriksa perusahaan yang digunakan Rosneft untuk mengekspor minyak Rusia ke China, India atau Turki," kata orang-orang yang dekat dengan pemerintah UEA dan AS.

Jalinan ekonomi antara UEA dan Rusia ini pun telah mengganggu mitra keamanan terdekat Abu Dhabi dengan AS. Namun dana Rusia masih terus menjadi daya tarik tersendiri bagi UEA.

"Mereka tidak memiliki keraguan moral yang serius tentang otoritarianisme Putin, korupsi, atau pelanggaran norma hukum internasional," kata Stephen Zunes, seorang profesor yang berspesialisasi dalam politik Timur Tengah di Universitas San Francisco, Senin (21/8/2023).

"Dan oleh karena itu (UEA) cukup bersedia memanfaatkan peluang yang diciptakan oleh sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat terhadap Moskow untuk meningkatkan hubungan ekonomi mereka dengan Rusia."

UEA telah mengutuk serangan Rusia ke Ukraina di Perserikatan Bangsa-Bangsa beberapa kali termasuk tahun ini. Namun negara itu tidak menjatuhkan sanksi pada Rusia, dan juga tidak terikat pada embargo yang dijatuhkan Barat terhadap negara itu.

AS sendiri dapat memutuskan untuk memberlakukan apa yang disebut sanksi sekunder, yang membatasi kemampuan emirat untuk melakukan bisnis dengan AS atau dalam dolar. Washington jarang melakukan itu.

Sementara itu, pejabat UEA berdalih pihaknya memiliki proses yang kuat untuk menangani orang dan perusahaan yang terkena sanksi. Negara itu juga memantau kepatuhan terhadap sanksi yang dikenakan pada Rusia untuk mencegah pelanggaran hukum internasional.

"Iklim global yang sedang berlangsung telah menyebabkan arus masuk keuangan dan investasi ke UEA, mengingat reputasi negara itu sebagai pusat investasi global yang stabil," kata pejabat itu.

"Kami akan terus mengambil tanggung jawab ini dengan sangat serius, terutama mengingat lanskap geopolitik saat ini."


(tps/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Mau Damai Dengan Ukraina, Rusia Beri Syarat Penyerahan Wilayah