Jakarta Polusi Udara Akut, Luhut Akhirnya 'Turun Gunung'

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan 'turun gunung' atas kondisi polusi udara khususnya di Jabodetabek yang semakin memburuk. Bahkan DKI Jakarta sendiri masuk dalam kota dengan polusi terburuk di dunia berdasarkan IQAir.
Luhut mengungkapkan pihaknya akan menindaklanjuti instruksi langsung Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan yang disampaikan Luhut dalam rapat 'Upaya Peningkatan Kualitas Udara Kawasan Jabodetabek lintas kementerian/lembaga (K/L) serta Pemda DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten lintas kementerian/lembaga (K/L) serta Pemda DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten di kantornya, Jumat (18/8/2023).
Dalam akun sosial media Instagram resminya, @luhut.pandjaitan, dia mengatakan bahwa tahun lalu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa polusi udara menjadi salah satu pemicu kematian dini hingga 6,7 juta jiwa per tahun.
"Akhir tahun lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa polusi udara memicu 6,7 juta kematian prematur setiap tahun," tulisnya dalam akun instagram @luhut.pandjaitan, dikutip Senin (21/8/2023).
Dia mengatakan polutan PM 2,5 yang berukuran 2,5 mikrometer menjadi penyebab satu dari 10 penyakit besar yang dibiayai JKN dan menghabiskan anggaran negara Rp 10 triliun.
"Dampak polusi udara memang jarang dirasakan secara langsung, namun dampak buruknya akan secara jangka panjang menyebabkan penurunan kualitas kesehatan masyarakat, kualitas hidup, hingga meningkatkan beban kas negara," ucap Luhut.
Dengan begitu, Luhut mengungkapkan setidaknya lima solusi untuk mengatasi polusi udara terutama di Jabodetabek.
Modifikasi cuaca
Usai ratas bersama Jokowi, Luhut mengatakan perlu ditangani serius soal peningkatan polusi udara di Jabodetabek. Langkah awal yang dilakukan adalah modifikasi cuaca.
"Kita perlu bekerja mulai dari sektor hulu hingga hilir untuk mencapai solusi yang holistik. Untuk langkah awal yang cepat, kami akan melakukan modifikasi cuaca untuk membasahi dan mengurangi polutan udara," terangnya.
PLTU Batu Bara Pakai Scrubber
Luhut mengatakan akan mengurangi jumlah PLTU batu bara untuk pengendalian emisi. Adapun pemerintah bakal mewajibkan industri menggunakan 'scrubber'.
Scrubber sendiri adalah alat yang berfungsi untuk mengendalikan dan membersihkan polusi yang dihasilkan oleh aktivitas industri dengan menggunakan liquid atau cairan.
"Sebagai upaya pengendalian emisi, kami akan mewajibkan industri untuk menggunakan 'scrubber' dan mengurangi jumlah PLTU batu bara. Perluasan dan pengetatan uji emisi kendaraan untuk beroperasi di jalan akan segera diterapkan dalam waktu dekat," ungkap Luhut.
Pembagian Jam Kerja
Pemerintah juga mengkaji opsi pembagian kerja sebagai upaya mengatasi polusi udara. Luhut mengatakan pembagian kerja akan mengurangi kemacetan yang berdampak pada tingkat polutan.
"Regulasi pembagian jam kerja juga akan kami sampaikan kepada seluruh perusahaan agar dapat mengurangi tingkat kemacetan yang menyebabkan peningkatan polutan di jalan," jelas Luhut.
Mendorong Transportasi Publik
Luhut mengatakan penggunaan transportasi publik terus didorong dan kapasitas transportasi publik di jam sibuk perlu ditingkatkan. Selain itu, tambah Luhur, dilakukan kajian memberi insentif lebih ke para pengguna transportasi umum agar termotivasi beralih dari kendaraan pribadi.
Percepatan Kendaraan Listrik
Terakhir, Luhut mendorong percepatan elektrifikasi kendaraan dan pengawasan yang komprehensif. Luhut mengatakan setiap kebijakan harus diawasi dan dibutuhkan partisipasi masyarakat. "Kita tidak boleh membuat kebijakan tanpa mengawasi penerapannya. Di sinilah partisipasi aktif masyarakat terus dibutuhkan," kata Luhut.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luhut Geram Saat Bicara WTO, Sampai Keceplosan Bilang Ini..
