Internasional

Mengenal Evergrande China, Resmi Bangkrut dan Disebut Jokowi

Thea Arbar, CNBC Indonesia
18 August 2023 21:50
Harga Properti China Turun Efek dari Evergrande
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Evergrande resmi bangkrut pada Kamis (17/8/2023). Raksasa properti asal China pailit setelah mengalami gagal bayar sebesar US$340 atau sekitar Rp 4.400 triliun pada tahun 2021 lalu.

Laporan CNN International menyebut Evergrande mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 15, yang memungkinkan pengadilan Amerika Serikat (AS) untuk turun tangan ketika kasus kebangkrutan melibatkan negara lain.

Sebagai informasi, Bab 15 kebangkrutan dimaksudkan untuk membantu mempromosikan kerja sama antara pengadilan AS, debitur, dan pengadilan negara lain yang terlibat dalam proses kebangkrutan lintas batas.

Mengenal Evergrande

Jauh sebelum bangkrut, Evergrande merupakan salah satu dari tiga pengembang terbesar di China, dengan jejak yang cukup signifikan.

Evergrande didirikan oleh pengusaha Hui Ka Yan pada tahun 1996 di Guangzhou, China selatan. Sebelumnya perusahaan ini sempat dikenal dengan nama Grup Gengda. Sejak saat itu, Evergrande memiliki lebih dari 1.300 proyek real estat di lebih dari 280 kota di Negeri Tirai Bambu.

Melihat kesuksesannya, perusahaan ini kemudian memiliki beberapa bisnis non-real estate, termasuk bisnis kendaraan listrik, bisnis perawatan kesehatan, dan bisnis taman hiburan. Evergrande bahkan memiliki salah satu tim sepak bola terbesar di China, Guangzhou FC.

Pengusaha Hui sempat menjadi orang terkaya di Asia. Kekayaannya terjun bebas setelah kasus Evergrande, tetapi pada 2021 lalu ia masih mencatat kekayaan pribadi lebih dari US$ 10 miliar atau setara 7,3 miliar poundsterling.

Vehicles drive past unfinished residential buildings from the Evergrande Oasis, a housing complex developed by Evergrande Group, in Luoyang, China September 16, 2021. Picture taken September 16, 2021. REUTERS/Carlos Garcia RawlinsFoto: Kendaraan melewati bangunan tempat tinggal yang belum selesai dari Evergrande Oasis, kompleks perumahan yang dikembangkan oleh Evergrande Group, di Luoyang, Cina 16 September 2021. (REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)
Vehicles drive past unfinished residential buildings from the Evergrande Oasis, a housing complex developed by Evergrande Group, in Luoyang, China September 16, 2021. Picture taken September 16, 2021. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins

Disebut Jokowi

Kasus gagal bayar Evergrande juga sempat disinggung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Meski tidak menyebutkan nama perusahaan secara langsung, Presiden menyampaikan bahwa ada perusahaan China yang memiliki utang Rp 4.400 triliun.

"Kita tahu di RRT (China) ada perusahaan properti besar yang ambruk yang utangnya ngalahin APBN kita utangnya sampai Rp 4.400 triliun," kata Jokowi di Grand Ballroom, Hotel Sheraton, Jakarta Selatan, Rabu awal Agustus lalu.

"Jangan ditepok tangani. Utangnya Rp 4.400 triliun. Ada di sini yang utangnya sampai segitu? Sekali lagi hati-hati mengenai hal ini," tambah Jokowi.

Bukan Satu-satunya: Kaisa & Country Garden

Evergrande bukan satu-satunya perusahaan yang alami gagal bayar dan berujung bangkrut. Sejak keruntuhan perusahaan ini, beberapa pengembang besar lainnya di China yang telah gagal membayar utang mereka.

Salah satunya adanya perusahaan Kaisa Group Holdings yang sejak 2021 terancam tak bisa membayar utang dan bangkrut.

Perusahaan yang tercatat di bursa Hong Kong itu dikatakan tidak mungkin memenuhi target tenggat waktu utang sebesar US$ 400 juta setara Rp 200,78 miliar. Kaisa juga menangguhkan perdagangan saham pada 2021 lalu.

Kaisa merupakan real estat terbesar ke 27 di Tirai Bambu. Namun perusahaan dilaporkan sebagai salah satu yang memiliki utang besar dari negara itu. Belum lama ini, raksasa real estat China lainnya, Country Garden, juga diprediksi bakal mengikuti jejak Evergrande.

Pengembang non-BUMN terbesar berdasarkan penjualan itu dilaporkan telah melewatkan dua pembayaran kupon obligasi dolar pada 1 Agustus, senilai total US$ 22,5 juta (Rp 342 miliar). Obligasi yang dimaksud adalah obligasi yang jatuh tempo pada Februari 2026 dan Agustus 2030.

"Meningkatkan pengaturan modal untuk memastikan hak legal atas utang," kata pernyataan resmi perusahaan yang memiliki total kewajiban US$194 miliar pada akhir tahun 2022 dan eksposur besar di kota-kota tingkat rendah China itu.

Alhasil saham Country Garden yang terdaftar di Hong Kong amblas serai awal Agustus. Sentimen negatif juga terjadi pada sejumlah saham pengembang non-BUMN lainnya seperti Longfor.


(tfa/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Properti "Hantu" Marak di China, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular