Internasional

"Malapetaka" Bumi Makan Korban Baru, Prancis Kena

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
16 August 2023 21:40
Ilustrasi bendera Prancis (NurPhoto via Getty Images)
Foto: Ilustrasi bendera Prancis (NurPhoto via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Eropa kini mengalami 'malapetaka' baru di bumi. Negara-negara di Benua Biru menderita kekeringan parah.

Kekeringan kini menghantam Prancis di wilayah selatan. Temperatur yang tinggi dan curah hujan yang rendah kini telah mengakibatkan masalah pasokan air bersih di seluruh negeri.

Menurut laporan Euro News, lebih dari 300.000 penduduk komune mengalami gangguan pasokan air pekan ini. Sekitar 67 komune sekarang menerima air dengan kapal tanker dan 18 dengan botol.

Seperti sebagian besar Eropa, Prancis menderita cuaca panas yang tidak biasa sepanjang musim panas. Pada Juni, Badan Kekeringan Eropa mengklasifikasikan sepertiga benua berada dalam kondisi kekeringan, dengan 10% Eropa dalam keadaan krisis.

Peristiwa cuaca ekstrem didorong oleh pola cuaca El NiƱo. Ini bertambah parah dengan efek emisi gas rumah kaca terhadap lingkungan sekitar.

Namun tingkat air Prancis yang rendah bukan hanya akibat gelombang panas tahun ini. Ini terjadi sebagai konsekuensi dari suhu yang lebih tinggi dari rata-rata selama lebih dari satu tahun.

"Tahun 2022 adalah tahun terpanas di negara itu dalam catatan dan diikuti oleh tahun 2023 yang sangat kering. Antara 21 Januari dan 21 Februari, tidak ada hujan yang turun sama sekali di Prancis," muat media itu, dikutip Rabu (15/8/2023).

"Meskipun ada beberapa curah hujan dalam beberapa bulan terakhir, tanah Prancis sudah terlalu kering untuk menampungnya. Ini artinya sebagian besar air mengalir atau diserap oleh tanaman," ungkapnya.

Selain Prancis, banyak negara di Eropa telah mengalami peningkatan suhu, termasuk Italia, Sisilia, Turki, dan Yunani. Akibatnya, kebakaran hutan bermunculan di banyak lokasi dalam beberapa bulan terakhir, dengan wabah yang sangat buruk terjadi di Corfu, Spanyol, dan Portugal.

Sebelumnya di awal Agustus, dilaporkan bagaimana kekeringan melanda Sungai Rhein, Jerman, yang menjadi poin vital transportasi logistik. Sungai tersebut mengalami penyusutan dan pendangkalan.

Hal ini berdampak pada gangguan pengiriman barang. Sungai sepanjang 1.230 km itu adalah arteri komersial untuk 80% pengiriman barang ke pedalaman Jerman, termasuk minyak mentah dan gas alam.

Kemarin, The Guardian memuat bagaimana pasokan buah dan sayur Inggris terancam akibat kekeringan. Dalam data Energy and Unit Intelijen Iklim (ECIU) semua buah dan sayur ke depan akan menjadi lebih mahal dan lebih sulit diperoleh karena keringnya wilayah Mediterania.

"Ini akibat panas ekstrim yang menyebabkan berkurangnya hasil panen," tulis memuat hasil studi.

Menanam langsung di Inggris pun tak bisa dilakukan. Banyak makanan yang diimpor dari Mediterania tidak dapat ditanam dengan model pertanian biasa di kerajaan itu.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article "Malapetaka" Baru Bumi Makan Korban Baru: Spanyol

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular