Smelter Nikel RI Membludak, Waktunya RI Masuk Industrialisasi

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
15 August 2023 11:55
Kegiatan operasi smelter nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. (CNBC Indonesia/Lucky Leonard Leatemia)
Foto: Kegiatan operasi smelter nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. (CNBC Indonesia/Lucky Leonard Leatemia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Jika tak dibendung, cadangan nikel RI akan tersedot habis untuk mensuplai smelter tersebut, bahkan diperkirakan cadangan nikel RI hanya sampai 7 tahun lagi.

Oleh karena itu, beberapa kalangan mendesak kepada pemerintah untuk menghentikan pembangunan smelter nikel baru, khususnya untuk smelter nikel fase 1 penghasil Nikel Pig Iron (NPI) dan Feronikel. Pemerintah didesak untuk melanjutkan hilirisasi nikel sampai ke level industrial.

Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto mengatakan bahwa Indonesia harus bisa mengolah sumber daya yang dimiliki dalam negeri. Dia menilai industrialisasi nikel dalam negeri harus sudah bisa dimulai.

"Moratorium, hentikan pembangunan pabrik baru tipe 1 kita arahkan ke tipe 2 agar menghasilkan nikel dengan kandungan lebih tinggi seperti nikel matte dan turunannya," jelas Mulyanto kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Selasa (15/8/2023).

Dia juga mengatakan bahwa saat ini cadagan nikel di Indonesia semakin menipis, dengan begitu, dia mengatakan agar Indonesia mulai menyetop program hilirisasi dan diganti menjadi program industrialisasi.

"Bahkan kami dorong setop program hilirisasi kita ganti industrialisasi sumber daya alam ini, jauh lebih tinggi. Jangan dinikmati sumber daya kita untuk asing. Kita yang olah itu," tambahnya.

Dia juga mengatakan Indonesia harus menghemat persediaan nikel yang ada saat ini. Dia mengatakan seharusnya pemerintah melarang ekspor nikel setengah jadi yang memiliki kandungan 4%-10%.

"Ini di eman-eman (hemat) sumber daya alam nilai tinggi ini jangan kita ekspor NPI dari 1,7% hanya tingkat hanya 4-10 % kita ekspor barang bongkahan itu," ungkapnya.

Adapun, dia mengungkapkan bahwa seharusnya saprolit atau nikel dengan kadar tinggi yang dimiliki Indonesia bisa diolah menjadi barang yang memiliki nilai lebih tinggi lagi. Apalagi, sebut Mulyanto, hasil olahan saprolit menjadi NPI yang diekspor itu dikenakan bebas pajak.

"Sayang sekali nikel kita saprolit yang 1,7% itu diolah hanya jadi NPI saya rasa hilirisasi yang setengah hati ini harus kita sudahi. NPI masih diekspor bebas pajak lagi ya," tandasnya.

Di lain sisi, Plh Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA), Djoko Widajatno mendorong pemerintah untuk bisa mengambil kebijakan agar pembangunan smelter nikel kelas satu yang memproduksi Nikel Pig Iron (NPI) dan Fero Nikel (FeNi) segera dibatasi.

Hal itu mengingat cadangan nikel di Indonesia yang semakin menipis, dan diprediksi bisa habis dalam kurun waktu 7 tahun lagi.

Djoko mengatakan bahwa menipisnya cadangan nikel dalam negeri dikarenakan meningkatnya kebutuhan pasokan smelter tingkat satu jika rencana pembangunan smelter nikel beroperasi keseluruhan.

"Akan tetapi kondisinya sekarang dengan adanya integrated smelter dan stand alone smelter jumlah integrated itu 22 sampai dengan rencana 28 dan yang integrated itu kalau semuanya jadi 104 berarti ada 132 smelter. Nah kalau kita lihat 132 dibanding 22 smelter yang diencanakan tentu kebutuhan bijihnya itu akan melambung 4 kali jadi 497 atau 400 juta wet ton nikel ini yang menyebabkan umurnya jadi 7 tahun," jelas Djoko dalam kesempatan yang sama.

Selain itu, dia mengatakan bahwa pembangunan hingga total 136 smelter itu diperkirakan akan selesai pada tahun 2025 mendatang. Saat ini, Djoko mengatakan bahwa kebutuhan akan nikel masih pada kisaran 200 juta ton per tahun.

"Tapi ini kan hitungan akhir yang diperkirakan selesainya nanti yang 136 (smelter) itu di tahun 2025. Sementara ini masih di kisaran 200 juta ton, jadi saya yakin masih bisa 7 tahun dengan fungsi yang sekarang," tambahnya.

Dengan begitu, dia mengharapkan Indonesia bisa membangun industri hilirisasi nikel lebih jauh lagi. Walaupun memang masih ada permasalahan yakni pembangunan industri lanjutan yang membutuhkan waktu hingga 4 tahun sedangkan cadangan nikel kian menipis.

"Jadi harapannya membangun industri hilirisasi selesai, tapi industri berikutnya kita siapkan dan mumdah-mudahan selesai dan masih kebagian bahan baku harapannya gitu. Karena bangun industri kan 3 tahun 4 tahun. Nah kalau 7 tahun kan cuma 2 kali umur bahan yang ada kan," tandasnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article DPR Panggil Para Bos Smelter Nikel, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular