
Cegah Nikel RI 'Banjir' di Pasar, Luhut Bakal Lakukan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa pemerintah bakal mengontrol pembangunan smelter nikel baru. Ini dilakukan guna menghindari adanya kelebihan pasokan atau oversupply produk nikel di pasaran.
Luhut menjelaskan, pemerintah tidak menginginkan pasokan nikel berlebih seiring dengan semakin banyaknya proyek smelter nikel yang beroperasi. Pasalnya, hal tersebut juga akan berdampak pada harga nikel sendiri.
"Kami mencoba mengelola ini dengan sangat, sangat, sangat proper," ungkap Luhut dalam acara "Nickel Conference 2023" CNBC Indonesia belum lama ini.
Luhut pun mengakui semakin menjamurnya proyek smelter di dalam negeri turut menjadi perhatian pemerintah. Menurutnya, pemerintah akan hati-hati dalam membuat kebijakan agar tidak terjadi kelebihan pasokan (oversupply) logam nikel di pasar.
Di samping itu, pemerintah juga telah mendapatkan berbagai masukan mengenai kebijakan pengendalian smelter nikel.
"Ini juga menjadi perhatian pemerintah. Itu lah mengapa kami harus membuat kebijakan dengan hati-hati. Kami tidak ingin melihat oversupply nikel," ujarnya.
Luhut menjabarkan, produk logam nikel yang dihasilkan dari proyek smelter di Indonesia saat ini mencapai 1,8 juta ton logam nikel per tahun.
Adapun kapasitas smelter yang tengah dibangun saat ini akan menambah produksi sekitar 1 juta ton logam nikel per tahun, dan untuk proyek dalam tahap perencanaan sekitar 1,5 juta ton logam nikel per tahun.
Bila semua proyek itu terbangun dan beroperasi, maka diperkirakan logam nikel yang dihasilkan dari smelter di Indonesia pada beberapa tahun mendatang bisa mencapai 4,31 juta ton per tahun.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tercatat sebanyak 111 proyek smelter nikel akan beroperasi pada beberapa tahun mendatang, terdiri dari 9 proyek dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan 102 non-IUP atau Izin Usaha Industri (IUI).
Dari target tersebut, sebanyak 37 proyek smelter di antaranya telah beroperasi, yakni 5 smelter oleh pemegang IUP dan 32 smelter dari pemegang IUI. Selebihnya, masih dalam tahap konstruksi dan perencanaan.
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan pihaknya sudah beberapa kali mengusulkan ke pemerintah untuk melakukan moratorium smelter nikel baru. Pasalnya, cadangan bijih nikel RI akan semakin menipis bila smelter nikel semakin menjamur.
"Kami beberapa kali usul dilakukan moratorium pembangunan smelter pirometalurgi karena menggunakan nickel ore kadar tinggi, saprolit, yang minim. Kalau digenjot terus, kita khawatir ketahanan cadangan nikel riskan," jelas Rizal kepada CNBC Indonesia dalam program 'Mining Zone', dikutip Selasa (8/8/2023).
Rizal menjelaskan, bijih nikel terbagi menjadi dua jenis yakni nikel dengan kadar tinggi di atas 1,5% atau saprolit yang diproses melalui smelter pirometalurgi. Adapun produk logam nikel yang dihasilkan dari smelter pirometalurgi ini nikel kelas dua seperti Nickel Pig Iron (NPI), feronikel, dan nickel matte.
Jenis kedua adalah bijih nikel kadar rendah atau limonit yang diproses melalui smelter hidrometalurgi atau High Pressure Acid Leaching (HPAL). Produk nikel yang dihasilkan dari smelter ini seperti Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), Mixed Sulphide Precipitate (MSP), maupun nikel sulfat yang merupakan bahan baku atau komponen baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV).
Khusus jenis saprolit, Rizal menjelaskan bahwa umur cadangan di Indonesia paling lama hanya mencapai 7 tahun lagi. Itu apabila semua smelter nikel di Indonesia beroperasi, baik yang telah beroperasi maupun yang masih dalam tahap pembangunan dan perencanaan.
Sedangkan, untuk jenis nikel kadar rendah atau limonit, Rizal mengatakan bahwa cadangan yang ada saat ini bisa bertahan hingga 33 tahun ke depan.
"Untuk limonit, data yang di bawah 1,5% kadarnya, untuk apabila semua refinery atau smelter hidrometalurgi selesai dibangun, bertahan sekitar 33 tahun kurang lebih," tandasnya.
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, per 2022, total sumber daya bijih nikel 17,3 miliar ton dan cadangan bijih nikel 5,08 miliar ton.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-Siap Ekspor Nikel Kena Pajak? Luhut Bilang Begini
