'Kutukan' Putin Makin Ngeri, Perusahaan Eropa Rugi Rp 1.668 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina yang diikuti dengan ketegangan diplomatik antara Moskow dengan negara-negara Barat telah memberi dampak besar bagi perusahaan Eropa. Tak main-main, kerugian ini bahkan tercatat sebesar 100 miliar euro atau setara Rp 1.668 triliun.
Dalam sebuah survei yang dilakukan Financial Times, 176 perusahaan telah mencatat penurunan nilai aset, biaya terkait valuta asing, dan biaya satu kali lainnya sebagai akibat dari penjualan, penutupan, atau pengurangan bisnis Rusia.
Angka agregat tidak termasuk dampak ekonomi makro tidak langsung perang seperti biaya energi dan komoditas yang lebih tinggi. Perang juga memberikan dorongan keuntungan bagi kelompok minyak dan gas dan perusahaan pertahanan.
"Keputusan Moskow untuk mengambil kendali atas bisnis importir gas Rusia Fortum dan Uniper pada bulan April, diikuti oleh pengambilalihan Danone dan Carlsberg bulan lalu, menunjukkan lebih banyak kesulitan di depan," menurut analis dikutip Rabu (9/8/2023).
Sejauh ini, perusahaan Eropa seperti UniCredit Italia, Raiffeisen Austria, Nestlé Swiss, dan Unilever Inggris, masih hadir di Rusia. Namun analis mengatakan resiko keberadaan mereka di Negeri Beruang Putih sangatlah besar.
"Bahkan jika sebuah perusahaan kehilangan banyak uang meninggalkan Rusia, mereka yang tetap tinggal menghadapi risiko kerugian yang jauh lebih besar," kata Nabi Abdullaev, partner di konsultan strategis Control Risks.
"Ternyata cut and run adalah strategi terbaik bagi perusahaan untuk memutuskan apa yang harus dilakukan di awal perang. Semakin cepat Anda pergi, semakin rendah kerugian Anda."
Biaya penarikan operasional terberat terkonsentrasi di beberapa sektor yang terimbas dari aturan pasca perang ini. Grup dengan penurunan nilai dan kerugian terbesar adalah grup minyak dan gas, di mana tiga perusahaan saja, BP, Shell, dan TotalEnergies, melaporkan kerugian gabungan sebesar 40,6 miliar euro.
Kerugian tersebut jauh melebihi harga minyak dan gas yang lebih tinggi, yang membantu kelompok-kelompok ini melaporkan keuntungan agregat sekitar 95 miliar euro tahun lalu.
Selain minyak dan gas, perusahaan penyedia utilitas terpukul langsung sebesar 14,7 miliar euro, sementara perusahaan industri, termasuk pembuat mobil, mengalami pukulan 13,6 miliar euro. Perusahaan keuangan termasuk bank, perusahaan asuransi dan perusahaan investasi, telah mencatat 17,5 miliar euro dalam penurunan nilai dan biaya lainnya.
"Anda memiliki sejumlah kecil perusahaan yang sukses besar. Setelah Anda lolos dari biaya tiket yang besar, penurunan rata-rata mungkin cukup dapat dikelola mengingat jejak Rusia yang terbatas," pungkas Simon Evenett, profesor ekonomi di University of St Gallen.
(luc/luc)