Internasional

Gawat! Ada Ancaman Perang Baru di Sini, Seret Kekuatan Barat

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 08/08/2023 21:20 WIB
Foto: Pendukung junta yang berkuasa Niger memegang bendera Rusia pada awal protes yang menyerukan untuk memperjuangkan kebebasan negara dan menolak campur tangan asing di Niamey, Niger, Kamis, 3 Agustus 2023. (AP/Sam Mednick)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi geopolitik di Afrika Barat pasca kudeta yang terjadi di Niger terus memanas. Terbaru, dua negara tetangga Niger dilaporkan telah melakukan mobilisasi militer ke dekat negara itu.

Dewan Nasional Niger untuk Pertahanan Tanah Air (CNSP) mengatakan pada hari Senin (7/8/2023) bahwa dua negara Afrika Tengah yang tidak disebutkan telah memulai pergerakan awal pasukan. Mereka khawatir langkah ini akan menjadi intervensi militer di Niger.

"Pengalihan pasukan awal untuk berpartisipasi di dalam (Niger) telah dimulai di dua negara Afrika Tengah," ujar CNSP dikutip Al Mayadeen.


Sejauh ini, belum ada intervensi militer yang dilakukan pihak eksternal terhadap Niger pasca kudeta yang berhasil menahan dan menggulingkan presiden Mohammad Bazoum dan mengangkat pemimpin junta Jenderal Abdourahmane Tchiani. Namun, blok regional sokongan Barat, ECOWAS, telah meminta agar Bazoum dibebaskan.

ECOWAS telah memberi sinyal untuk menerjunkan pasukannya bila permintaannya tidak diindahkan. Apalagi, negosiasi antara keduanya juga tidak dapat terjadi setelah tim ECOWAS tidak diizinkan memasuki ibu kota atau bertemu dengan Tchiani.

Niger sendiri telah menyikapi ini dengan meminta pasukan paramiliter Rusia, Wagner, untuk melindungi rezim Tchiani. Permintaan itu datang saat kunjungan salah satu elit militer Niger, Jenderal Salifou Mody, ke negara tetangga Mali untuk melakukan kontak dengan seseorang dari Wagner.

"Mereka membutuhkan (Wagner) karena mereka akan menjadi jaminan mereka untuk memegang kekuasaan," kata Wassim Nasr, seorang jurnalis dan peneliti senior di Soufan Center, kepada Associated Press.

Ketegangan antara keduanya ini pun telah menjadi kekhawatiran baru. Mantan Komandan Tertinggi Sekutu NATO Eropa James Stavridis memperingatkan bahwa konflik di Niger berpotensi menyebabkan "perang besar-besaran di Afrika."

"Apakah ini akan menyebabkan perang besar-besaran di Afrika? Ini pasti memiliki potensi untuk melakukannya, dan akan menjadi peristiwa yang signifikan dan menghancurkan," cuitnya.

Niger adalah koloni Prancis selama lebih dari 50 tahun sebelum merdeka pada tahun 1960. Negara dikenal kaya dengan sumber daya alam dan mineral.

World Nuclear Association (WNA) mengatakan Niger adalah produsen uranium terbesar ketujuh di dunia. WNA juga menegaskan bahwa Niger, pada tahun 2022, menghasilkan 2020 tU yang akan dianggap lebih dari 4% dari produksi uranium dunia.

Meski telah merdeka, banyak warga Niger percaya Prancis, yang menjadi salah satu patron Barat, terus bertindak sebagai kekuatan kekaisaran dan merampas sumber daya alamnya.

Saat ini, produksi uranium di Niger sebagian besar terjadi melalui perusahaan yang dimiliki mayoritas Prancis bernama Orano yang memiliki 63,4% Société des Mines de l'Aïr (SOMAÏR). Sisanya 36,66% dimiliki oleh Société du Patrimoine des Mines du Niger, yang dikenal sebagai Sopamin.

"Di sisi lain, Niger adalah negara terkaya keempat di dunia dalam hal sumber daya uranium. Perusahaan nuklir Prancis AREVA telah memegang hak untuk memproses sumber daya uranium di Niger selama lebih dari 50 tahun. Untuk alasan ini, baik Prancis maupun AS sangat mementingkan Niger," tambah ahli di think tank Turki TASAM yang fokus pada sub-Sahara Afrika, Huriye Yildirim Cinar.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Momen Presiden Macron Datangi Kampus UNJ Usai Bertemu Prabowo