Tegas! Ahli Usulkan Moratorium Pabrik Nikel Baru

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Selasa, 08/08/2023 11:10 WIB
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) memperkirakan umur cadangan nikel Indonesia tidak bertahan lama, terutama dengan semakin menjamurnya fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di dalam negeri.

Walaupun memang, Indonesia merupakan negara dengan jumlah cadangan nikel terbesar di dunia. Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), per 2022, total sumber daya nikel mencapai 17,3 miliar ton, dan jumlah cadangan tercatat mencapai 5,08 miliar ton.

Ketua Umum Perhapi Rizal Kasli mengatakan jumlah cadangan nikel RI akan semakin menipis bila terus dikuras habis-habisan, terutama bila tidak ada kegiatan eksplorasi lebih lanjut untuk menemukan cadangan baru.


Dengan begitu, Rizal mengatakan bahwa pihaknya sudah beberapa kali merekomendasikan pemerintah untuk segera melakukan moratorium pembangunan smelter nikel baru agar bisa memperpanjang umur cadangan nikel di dalam negeri.

"Kami beberapa kali usul dilakukan moratorium pembangunan smelter pirometalurgi karena menggunakan nickel ore kadar tinggi, saprolit, yang minim. Kalau digenjot terus, kita khawatir ketahanan cadangan nikel riskan," jelas Rizal kepada CNBC Indonesia dalam program 'Mining Zone', dikutip Selasa (8/8/2023).

"Kami kira apabila semua smelter, terutama yang pirometalurgi selesai dibangun, cadangan saat ini bertahan sekitar 5-7 tahun, karena jumlah kebutuhan nikel 460 juta ton (per tahun) apabila semua smelter dibangun," bebernya.

Sedangkan, untuk jenis nikel kadar rendah di bawah 1,5% atau limonit, Rizal mengatakan bahwa dengan cadangan yang ada saat ini bisa bertahan hingga 33 tahun ke depan.

"Untuk limonit, data yang dibawah 1,5% kadarnya, untuk apabila semua refinery atau smelter hidrometalurgi selesai dibangun, bertahan sekitar 33 tahun kurang lebih," tandasnya.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Indonesia kini memiliki sebanyak 300 pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) nikel dan 3 pemegang Kontrak Karya (KK) nikel.

Dari sisi jumlah smelter, tercatat sebanyak 111 smelter nikel diperkirakan akan beroperasi pada beberapa tahun mendatang, terdiri dari 9 proyek dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan 102 non-IUP atau Izin Usaha Industri (IUI).

Dari target tersebut, sebanyak 37 proyek smelter di antaranya telah beroperasi, yakni 5 smelter oleh pemegang IUP dan 32 smelter dari pemegang IUI. Selebihnya, masih dalam tahap konstruksi dan perencanaan.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Polemik Tambang Nikel Raja Ampat, Bahlil Ungkap "Titah" Prabowo