Awas Petaka! 41.000 Ha Lahan Padi RI Terancam Gagal Panen

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
07 August 2023 16:21
Suasana lahan pertanian yang mengalami kekeriangan akibat musim kemarau, Desa Ridogalih di Kecamatan Cibarusah, Jawa Barat, Senin (8/7/2019). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki/File Foto)
Foto: Suasana lahan pertanian yang mengalami kekeriangan akibat musim kemarau, Desa Ridogalih di Kecamatan Cibarusah, Jawa Barat, Senin (8/7/2019). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki/File Foto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, 2.269 lahan padi di Tanah Air mengalami gagal panen (puso) karena terkena dampak perubahan iklim. Koordinator Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Serealia Kementerian Pertanian (Kementan) Gandi Purnama mengatakan, jumlah lahan terkena banjir atau mengalami kekeringan juga semakin bertambah. 

Seperti diketahui, BMKG telah mengonfirmasi Indonesia sedang mengalami fenomena iklim El Nino kategori lemah dan mengarah moderat. Di mana, puncaknya diprediksi akan terjadi di bulan Agustus-September 2023 nanti. BMKG juga merilis, 63% wilayah RI saat ini sudah memasuki musim kemarau. Dan, akibat El Nino, kekeringan dan cuaca panas pada musim kemarau tahun ini akan lebih ekstrem dibandingkan musim kemarau 2020-2022.

"Dari data yang kami kumpulkan periode April-Juli, seperti yang disampaikan BMKG, walaupun ada El Nino tapi sebagian wilayah masih ada hujan. Pada tahun 2023 ini, luas tanaman padi terkena banjir itu 14.000 hektare (ha), kemudian yang kekeringan itu 27.000 hektare. Kalau dibandingkan musim kemarau tahun 2022, luas yang kekeringan mengalami peningkatan," kata Gandi dalam Focus Group Discussion (FGD) Antisipasi El Nino di Kantor Kementerian PUPR, Senin (7/8/2023).

Dia menjabarkan, tanaman padi yang mengalami kekeringan tercatat ada 2.700-an ha, namun sekarang naik jadi 27.255 ha. Sementara yang terkena banjir turun dari sebelumnya di 16.000 ha. 

"Pada musim kemarau ini, lahan terkena puso karena tenggelam banjir itu 1.800 hektare. Sementara yang puso karena kekeringan itu 469 hektare. Nah ini karena pusonya kurang lebih hanya 2%, saya bisa menyimpulkan upaya kita menahan kekeringan gagal panen sudah cukup baik," katanya. 

"Memang lebih tinggi, dulu pusonya hanya 23 ha. Tapi kami sangat optimis dengan upaya matang," ujarnya. 

Untuk itu, Gandi mengatakan, Kementan melakukan sejumlah langkah strategis dalam mengantisipasi dampak El Nino. Pertama, gerakan kejar tanam (Gertam) 1.000 hektar per kabupaten, dan gerakan nasional (Gernas) penanganan dampak El Nino 500.000 ha di 10 provinsi untuk meningkatkan perluasan areal tanam (PAT) dan produktivitas berdasarkan mapping wilayah.

Adapun wilayah utama yang telah disiapkan Kementan untuk pelaksaan program Gernam, kata Gandi, ada 6 wilayah, diantaranya Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi lainya. Kemudian terdapat 4 provinsi pendukung yaitu Lampung, Banten, Kalimantan Selatan dan NTB.

"Kita percepat tanam, kalau Agustus kita tanam harapannya November sudah bisa panen dengan pengawalan super ketat antar lini dari daerah ke pusat," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG A Fachri Radjab menyampaikan, posisi geografis Indonesia cukup unik, dengan diapit oleh dua samudera. Sehingga saat hadirnya musim El-Nino, ada wilayah yang akan terdampak kekeringan ekstrem, namun ada juga wilayah yang justru akan mengalami banjir.

Namun, BMKG memprediksi El Nino yang terjadi di tahun 2023 ini akan lebih kering dibandingkan dengan 3 tahun yang lalu.

Lebih lanjut, Fachri menyebut sejumlah daerah yang berpotensi mengalami kekeringan ekstrem akibat El Nino pada tahun ini, diantaranya sebagian besar Pulau Sumatera dan Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BMKG Ingatkan Petaka El Nino: Tak Ada Hujan Sampai Oktober

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular