Longspan LRT Bikin Heboh, Ternyata Pernah Raih Dua Rekor MURI

Jakarta, CNBC Indonesia - Jembatan lengkung bentang panjang (longspan) LRT Jabodebek yang menghubungkan Gatot Subroto (Gatsu) dan Kuningan menuai polemik setelah Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebut salah desain.

Padahal, beberapa tahun lalu desainer dari proyek longspan tersebut menuai pujian setinggi langit dari Presiden Joko Widodo. Kala itu, Jokowi bahkan mengunggahnya langsung di media sosial Instagram resminya.

Mulanya, Jokowi menyoroti begitu rumitnya pekerjaan jembatan bentang panjang untuk LRT Jabodebek yang melayang di atas flyover Kuningan, Jakarta Selatan ini. Karena sudah melayang di atas flyover, melengkung pula di ketinggian.

"Untunglah, sang insinyur, Ibu Arvila Delitriana, lulusan Institut Teknologi Bandung berhasil merancang jembatan menakjubkan itu dan tersambung dengan presisi sejak kemarin," tulis Jokowi di unggahannya pada 2019 silam.

Jokowi juga mengaku tidak heran jika konstruksi ini mengukir dua rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI), yaitu sebagai jembatan kereta box beton lengkung dengan bentang terpanjang, dan sebagai jembatan dengan pembebanan axial static loading test terbesar.

"Bayangkanlah kehebatan konstruksi ini: membentang 148 meter dengan radius lengkung 115 meter dan menggunakan material beton seberat 9.688,8 ton atau setara dengan lebih tiga kali berat patung Garuda Wisnu Kencana di Bali. Besi yang digunakan sejumlah 2.929,7 ton atau setara dengan lebih lima kali berat pesawat Airbus A-380," tulis Jokowi.

Longspan ini merupakan salah satu bagian tersulit dari konstruksi jalur LRT Jabodebek ini. Menteri BUMN Erick Thohir bahkan menyebut pembangunan infrastruktur ini memecahkan rekor long span terpanjang di dunia.

"Selamat kepada PT Adhi Karya Tbk. Selamat kepada Ibu Dina," tulis Jokowi

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, salah desain itu menyebabkan tikungan kurang lebar, sehingga kecepatannya melambat. Jika tikungan jembatan itu digarap melebar, maka kereta LRT Jabodebek bisa tetap melaju dengan kencang.

"Itu salah desain karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, dia nggak ngetes sudut kemiringan keretanya. Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya lebih lebar tikungannya," kata Tiko, sapaan akrabnya.