Simak Skenario Sri Mulyani Selamatkan RI dari Kiamat Makanan
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan El Nino atau kemarau panjang dan penangguhan Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam (Black Sea Grain Initiatives) berisiko meningkatkan harga pangan di Tanah Air.
El Nino berpotensi menganggu produksi beras sebesar 1,2 juta ton, dari proyeksi produksi beras 34 juta ton. Sementara itu, Black Sea Grain Initiatives, imbas dari perang Rusia dan Ukraina, akan berpengaruh terhadap Indonesia karena bahan pangan masih dipengaruhi oleh produk pangan, seperti gandung hingga biji bunga matahari.
"Pada paruh kedua tahun ini kita akan sangat dipengaruhi ketidakpastian dari komoditas, hampir mirip seperti 2022, ditambah dengan nanti El Nino, ini menjadi sesuatu yang harus kita waspadai pada paruh kedua 2023 ini," kata Sri Mulyani dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal Kinerja Pengendalian Inflasi Daerah di Jakarta, dikutip Kamis (3/8/2023).
Permasalahan itu akan berpengaruh terhadap Indonesia karena bahan pangan Indonesia masih dipengaruhi oleh produk panganan yang termasuk dalam Black Sea Grain Initiatives, seperti gandung hingga biji bunga matahari.
Sri Mulyani yakin berbagai komoditas yang terkait dengan perjanjian itu akan mengalami lonjakan harga seperti pada 2022, di antaranya yang paling terhubung dengan Indonesia adalah minyak mentah kelapa sawit atau CPO yang berimplikasi langsung ke harga minyak goreng.
"Fenomena global akan mempengaruhi dan merembes ke seluruh negara di dunia, termasuk di Indonesia yang harus kita waspadai," tegas Sri Mulyani
Lantas apa saja antisipasi pemerintah?
Sri Mulyani mengumumkan bahwa pemerintah akan memberikan insentif fiskal sebesar Rp 330 miliar bagi daerah yang sukses mengendalikan inflasi. Insentif fiskal ini akan diberikan sebanyak tiga kali sehingga totalnya mencapai Rp 1 trilliun pada tahun ini.
"Pemberian hadiah untuk insentif fiskal ini diharapkan makin memfokuskan daerah-daerah dalam penanganan inflasi terutama antifipasi El Nino, musim kering dan berbagai risiko sehingga kita minta daerah tetap waspada inflasi terutama dari yang berasal non-moneter dan non-core inflation," ungkap Sri Mulyani.
Sebelumnya, Sri Mulyani telah memastikan penyaluran bantuan sosial atau bansos pangan, berupa beras akan dilanjutkan pada akhir tahun ini.
Dia mengungkapkan bantuan ini akan diberikan kepada 21,35 juta keluarga penerima manfaat (KPM).
Adapun, setiap KPM akan menerima 10 kg bantuan beras per bulannya sejak Oktober hingga Desember 2023.
"Saya sampaikan tadi akan ada tambahan bansos ke masyarakat paling rentan Oktober, November dan Desember dengan memberikan 10 kg beras per bulan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, dikutip Kamis (3/8/2023).
Mantan pejabat Bank Dunia ini menegaskan tambahan bantuan sosial yang diperlukan agar kelompok paling rentan bisa terjaga dari tekanan dan guncangan ekonomi.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan proyeksi pasokan beras dalam negeri sampai akhir tahun masih cenderung aman.
Dari data neraca beras yang dipegang sampai Desember 2023 pasokan beras dalam negeri masih cukup aman. Bahkan pada bulan September overstock atau kelebihan pasokan mencapai di atas 2,7 juta ton.
"Artinya dari setiap bulan masih panen di atas 800 ribu hektare itu menghasilkan cukup untuk kebutuhan kita tiap bulannya di atas 2 jutaan," kata Syahrul Yasin.
(haa/haa)