
RI Kalah Saing dari Negara Tetangga, Ini Penyebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Daya saing Indonesia kini berada di peringkat ke-12 di kawasan Asia Pasifik. Ini artinya daya saing Indonesia di peringkat tiga terbawah dari total 14 negara di kawasan. Hal ini berdasarkan World Competitiveness Ranking 2023 yang diluncurkan Institute for Management Development (IMD) Swiss dan Lembaga Management FEB UI.
Ranking ini jauh tertinggal dari negara-negara, seperti Singapura yang berada di peringkat 1, Taiwan peringkat 2, dan Hong Kong di peringkat 3. Bahkan, dibandingkan Malaysia pun, RI masih tertinggal, karena negara itu ditempatkan di peringkat ke-6, satu peringkat di bawah China di posisi ke-5.
Direktur Eksekutif LM FEB UI Willem Makaliwe menjelaskan, tertinggalnya peringkat daya saing itu disebabkan empat faktor pembentuk peringkat, yaitu economic performance, government efficiency, business efficiency, serta infrastruktur. Dari keempat hal itu menunjukkan Indonesia masih tertinggal untuk beberapa subsektor dibanding Malaysia.
"Problem-problem yang menjadi tantangan kita banyak poin yang kurang bagus, artinya rankingnya 50, bahkan ya ke bawah dari total 64 itu adanya di teknologi, infrastruktur, edukasi. Itu kira-kira yang menjadi catatan kita," kata Willem saat ditemui di Shangri-La Hotel, Jakarta, Rabu (2/8/2023).
Subfaktor peringkat untuk infrastruktur kesehatan Indonesia memang tertinggal dari Malaysia. Untuk infrastruktur kesehatan misalnya, di peringkat 58 dan pendidikan 57. Untuk subsektor itu, Malaysia masing-masing di peringkat 42 dan 45.
Untuk infrastruktur basic pun Malaysia mendapat peringkat 8, infrastruktur teknologi di peringkat 16, dan scientific infrastructure di posisi 31. Indonesia untuk basic infrastruktur hanya mendapat peringkat 26, infrastruktur teknologi di peringkat 35, dan scientific infrastructure di posisi 49.
"Mereka sebelumnya sudah memiliki jaringan infrastruktur yang kelihatannya duluan ya, dan kalau di kita kan bangun kayak digital enggak cuma Jakarta, tapi karena kita semua Indonesia, hingga ke area-area daerah, jadi itu mungkin tantangannya," ucap Willem.
Meski begitu, secara global, peringkat Indonesia naik dari ranking 44 pada 2022 menjadi 34 pada 2023 dari 64 negara yang diperingkat. Ranking Indonesia dengan nilai kekompetitifan 70,75 itu di atas Jepang yang berada di peringkat 35 dengan skor 67,64.
Di bawah Jepang ada Spanyol di peringkat 36 dengan skor 67,22 India peringkat 40 dengan skor 64,63, serta Italia dengan skor 63,32 di peringkat ke 41. Namun, masih di bawah Malaysia di peringkat 27 dengan skor 75,75 dan Thailand peringkat 30 dengan skor 74,54.
Peringkat 1 ialah Denmark dengan skor 100, diikuti Irlandia yang peringkat 2 dengan skor 99,71, Swiss peringkat 3 dengan skor 99,31, Singapura peringkat 4 dengan skor 97,44, dan Belanda yang menempati posisi ke 5 dengan skor 95,58.
Willem mengatakan, kenaikan peringkat Indonesia itu secara global didasarkan pada analisis data kinerja perekonomian Indonesia sampai dengan 2022 serta penilaian para pelaku usaha terkait persepsi kondisi lingkungan bisnis yang dihadapi.
"Ada dua metode dengan interview 100 responden yang mewakili respons dari dunia usaha yang mewakili negara masing. Ada total 350 indikator yang dihitung dan prosesnya disiplin, ini IMD memang rutin melakukan ini," katanya.
Untuk menguatkan daya saing Indonesia pada tingkat global, LM FEB Universitas Indonesia menggagaskan 5 poin prioritas untuk diimplementasikan.
Pertama, mengawal reformasi pemerintahan secara persisten; kedua, percepatan pengembangan ekonomi luar Jawa; ketiga, menyempurnakan infrastruktur digital; keempat, berkomitmen dalam transisi energi, dan kelima, mendukung pengembangan tenaga kerja berkompetensi tinggi.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Peringkat Daya Saing RI Naik, Investor Ayo Merapat!
