RI Punya Emiten Tambang Kelas Dunia, Cek Faktanya

TIM RISET, CNBC Indonesia
02 August 2023 19:20
Tambang Emas Tujuh Bukit
Foto: Dok: Merdeka Copper Gold

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan tambang emas dan tembaga, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menjadi salah satu tambang berkelas dunia yang ada di Tanah Air. 

MDKA mendapatkan upgrade Environmental, Social, and Governance (ESG) riskrating oleh Morningstar Sustainalytics menjadi ranking 46 dari 96 pemain global sejak Januari 2023. Ini juga menempatkan perusahaan tambang milik grup Saratoga sebagai top quartile di antara perusahaan metals dan mining di dunia. 

Tak hanya itu, MDKA juga mendapatkan rating "BBB" oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI) ESG rating sejak November tahun lalu sebagai perusahaan dengan peringkat tertinggi sektor metaldan mining di Indonesia. 

Dari domestik, sejak Juli tahun lalu MDKA juga menempati posisi sebagai konstituen di indeks SRI KEHATI yang merupakan indeks ESG Sector Leader di Bursa Efek Indonesia(BEI).

Penyematan posisi MDKA sebagai tambang yang peduli dengan urusan lingkungan bukanlah tanpa alasan, langkah mencapai ESG ditempuh perusahaan dengan berbagai upaya. Salah satunya prinsip ramah lingkungan yang diterapkan di Tambang Emas Tujuh Bukit adalah dengan mempertahankan sistem air proses tertutup dan memanfaatkan air hujan untuk kegiatan lainnya, serta menghindari pengambilan air dari sumber-sumber di luar itu. 

Perusahaan juga memantau kualitas lingkungan, air, flora, dan fauna, serta melakukan reklamasi progresif begitu setiap area selesai di tambang. Dari tambang yang sama melalui anak usaha MDKA yakni PT Merdeka Battery Materials Tbk (MDKA) juga melakukan proyek Acid, Iron, Metal (AIM).

Proyek AIM merupakan satu langkah perusahaan mengelola mineral yang tidak bisa diolah sebagai tembagatetapi tetap bernilai ekonomis. Dalam upaya konservasi mineral, pemanfaatan lebih lanjut dari sisa bijih Tambang Tembaga Wetar untuk menghasilkan asam dan uap untuk digunakan di pabrik pelindian asam tekanan tinggi (High Pressure Acid Leach/HPAL).

Asam sulfat dan uap yang dihasilkan Proyek AIM diolah dari sisa bijih Tambang Tembaga Wetar. Pemanfaatan lebih lanjut sisa bijih Tambang Tembaga Wetar merupakan wujud komitmen circular economy dan upaya konservasi mineral, yang memastikan seluruh hasil tambang dapat dimanfaatkan seoptimum mungkin untuk kepentingan perusahaan dan negara.

Teknologi HPAL ini juga dipakai untuk mendapatkan nikel sulfat yang digunakan untuk produksi baterai kendaraan listrik sebagai energi hijau. Pemrosesan nikel sulfat akan disuplai oleh tambang Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang merupakan salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia sekitar 13,8 juta ton nikel dan 1 juta ton kobalt.

Tak hanya itu, teknologi smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) juga diterapkan untuk memproduksi nikel berkualitas tinggi. Ada dua smelter RKEF di PT Bukit Smelter Indonesia dan PT Cahaya Smelter Indonesia yang sama-sama memproduksi Nickel Pig Iron (NPI).

Sementara smelter ketiga Zhao Hui Nickel masih dibangun dengan tujuan memproduksi NPI hingga 50.000 ton per tahun dan nikel matte kadar tinggi.

Dalam prosesnyaMBMA menjalin kerja sama dengan pemain global seperti Tsingshansalah satu produsen stainless steel terbesar di dunia. Kemudian, Huayou Cobalt yang merupakan produsen kobal terkemuka di China yang digunakan untuk baterai kendaraan listrik maupun elektronik. Selanjutnyaada CATL perusahaan asal Negeri Tirai Bambu yang memproduksi baterai lithium-ion dengan pangsa pasar mencapai 37% secara global per akhir 2022juga menjadi salah satu pemegang saham MDKA.

Kerja sama dengan pemain global dalam mengembangkan manufaktur baterai Tanah Air ini harapannya bisa menjadi solusi peningkatan energi hijau yang akan mengurangi emisi gas dan mendukung pemerintah dalam tujuan mencapai net-zero emissions pada 2060 mendatang. 

Berbicara mengenai nikelsaat ini harga komoditasnya (Nickel Futures) masih cenderung ambles sejak awal tahun lebih dari -30% ke harga US$ 20.661 per ton per 19 Juli 2023. Ambruknya harga nikel disinyalir karena demand dari China yang masih lesusementara supply meningkat terutama dari Indonesia yang secara tahunan mencapai 1,58 juta ton.

Kendati demikian, prospek cerah nikel di masa depan tak akan usai begitu saja. Ekspektasi pasar di paruh kedua tahun ini memperkirakan akan ada peningkatan permintaan dari China untuk stainless steel dan kendaraan listrik (electric vehicle/ EV)sejalan dengan pemulihan ekonominya.

Melansir dari the International Nickel Study Group juga memberikan estimasi konsumsi nikel untuk EV bisa meningkat dari 11 juta di 2022 menjadi 23 juta di 2025, dengan porsimencapai 25% dari penggunaan nikel secara global pada 2025.

Sebagai salah satu pemain nikel cukup besar di masa depan nantinya, MDKA juga bisa mendapatkan keuntungan dari hal tersebut seiring dengan kenaikan harga komoditas dan kebutuhan pasar sehingga kontribusi nikel akan berdampak optimal bagi pendapatan.

Begitu juga dari sisi sosial. MDKA melalui tambang emas Tujuh Bukit yang dikelola anak usaha PT Bumi Suksesindo di Banyuwangi, Jawa Timur, ini memberdayakan tenaga kerja lebih dari 70% berasal dari Kecamatan Pesanggaran dan Kabupaten BanyuwangiPun dengan Tambang Tembaga Wetar, mempekerjakan kurang lebih 70% penduduk lokal


(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Vale Ungkap Jurus Perusahaan Mengadang Stigma 'Dirty Nickel'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular