
Malapetaka Hantam RI, BMKG Ingatkan Ancaman Gagal Panen

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memperingatkan ancaman bahaya akibat perubahan iklim. Dia mengatakan, pertanian jadi sektor yang mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim.
Salah dampaknya, kata dia, gagal panen yang akan berdampak pada produksi pangan.
"Perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara menyebabkan produksi pertanian menurun secara signifikan. Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen atau puso semakin luas," kata Dwikorita dikutip dari situs resmi BMKG, Rabu (2/8/2023).
Untuk itu, ujarnya, dibutuhkan mitigasi penanganan dan antisipasi perubahan iklim.
"Dampak perubahan iklim yang demikian besar memerlukan upaya aktif untuk mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi. Jika tidak, maka ketahanan pangan nasional akan terancam," kata Dwikorita.
Untuk itu, lanjutnya, petani harus memiliki bekal ilmu pengetahuan untuk dapat memahami fenomena cuaca dan iklim beserta perubahannya.
"Dengan mengetahui lebih dini, petani dapat melakukan perencanaan mulai dari penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, pengelolaan air, dan lain sebagainya," ujarnya.
Efek El Nino
Terkait fenomena iklim El Nino, Dwikorita pun memperingatkan ancaman kekeringan yang akan terjadi.
"Fenomena El Nino dan IOD Positif yang terjadi membuat musim kemarau tahun ini dapat menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah," katanya.
Dwikorita menjelaskan, jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, pada musim kemarau ini angka tersebut menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali.
"Puncak kemarau kering ini diprediksi akan terjadi di bulan Agustus hingga awal bulan September. Dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021 dan 2022," ujar Dwikorita.
Ekstrem Anomali Suhu
Sementara itu, BMKG merilis, berdasarkan analisis dari 118 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata bulan Juli 2023 adalah sebesar 26,7 derajat Celcius. Normal suhu udara klimatologis untuk bulan Juli 2023 periode 1991-2020 di Indonesia adalah sebesar 26,2 derajat Celcius. Di mana, dalam kisaran normal 20,08 - 28,63 derajat Celcius.
"Berdasarkan nilai-nilai tersebut, anomali suhu udara rata-rata pada bulan Juli 2023 menunjukkan anomali positif dengan nilai sebesar 0,5 derajat Celcius. Anaomali suhu udara Indonesia pada bulan Juli 2023 ini merupakan nilai anomali tertinggi ke-4 sepanjang periode pengamatan sejak 1981," tulis BMKG.
Menurut BMKG, secara umum di wilayah Indonesia, anomali suhu udara rata-rata per-stasiun pada bulan Juli 2023 menunjukkan nilai anomali positif atau lebih tinggi dari rata-rata klimatologisnya.
Tercatat, anomali maksimum tercatat di Stasiun Meteorologi Emalamo - Sanana (1,2 derajat Celcius), sedangkan anomali minimum tercatat di Stasiun Klimatologi Sumatra Utara - Medan (-1,9 derajat Celcius).
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Peringatan Dini BMKG, Ada Ancaman Menakutkan Bagi Umat Bumi