RI Dihantui Kiamat Makanan, Sri Mulyani Siapkan Rp 1 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan adanya risiko kenaikan harga komoditas pangan pada semester kedua tahun ini. Hal ini dipicu oleh El Nino atau kemarau panjang dan penangguhan Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiatives, imbas dari perang Rusia dan Ukraina.
"Pada paruh kedua tahun ini kita akan sangat dipengaruhi ketidakpastian dari komoditas, hampir mirip seperti 2022, ditambah dengan nanti El Nino, ini menjadi sesuatu yang harus kita waspadai pada paruh kedua 2023 ini," kata Sri Mulyani dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal Kinerja Pengendalian Inflasi Daerah di Jakarta, dikutip Rabu (2/8/2023).
Permasalahan itu akan berpengaruh terhadap Indonesia karena bahan pangan Indonesia masih dipengaruhi oleh produk panganan yang termasuk dalam Black Sea Grain Initiatives, seperti gandung hingga biji bunga matahari.
"Juli lalu Rusia mengakhiri perjanjian untuk distribusi di laut hitam yg merupakan lalu lintas dari wheat termasuk sunflower," ungkapnya.
Oleh sebab itu, berbagai komoditas yang terkait dengan perjanjian itu akan mengalami lonjakan harga seperti pada 2022, di antaranya yang paling terhubung dengan Indonesia adalah minyak mentah kelapa sawit atau CPO yang berimplikasi langsung ke harga minyak goreng.
"Tapi kalau sunflower enggak keluar dari Ukraina harga minyak goreng melonjak tinggi, makanya CPO kita pasti kena," ujarnya
"Fenomena global akan mempengaruhi dan merembes ke seluruh negara di dunia, termasuk di Indo yang harus kita waspadai," tegas Sri Mulyani.
Jika ini terjadi, bukan tidak mungkin inflasi akan meningkat. Oleh karena itu, Sri Mulyani mengungkapkan pemerintah akan memberikan insentif fiskal sebesar Rp 330 miliar bagi daerah yang sukses mengendalikan inflasi. Insentif fiskal ini akan diberikan sebanyak tiga kali sehingga totalnya mencapai Rp 1 trilliun pada tahun ini.
"Pemberian hadiah untuk insentif fiskal ini diharapkan makin memfokuskan daerah-daerah dalam penanganan inflasi terutama antifipasi El Nino, musim kering dan berbagai risiko sehingga kita minta daerah tetap waspada inflasi terutama dari yang berasal non-moneter dan non-core inflation," ungkap Sri Mulyani.
(haa/haa)