Putin Mulai Tinggalkan Sekutu Rusia, Awas Diambil NATO!

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
26 July 2023 21:50
Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi pameran proyek penelitian dan pengembangan lanjutan di bidang teknologi kuantum, yang diselenggarakan oleh Rosatom State Corporation dan Russian Railways di Moskow, Rusia, Kamis, 13 Juli 2023. (Alexander Kazakov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi pameran proyek penelitian dan pengembangan lanjutan di bidang teknologi kuantum, yang diselenggarakan oleh Rosatom State Corporation dan Russian Railways di Moskow, Rusia, Kamis, 13 Juli 2023. (AP/Alexander Kazakov)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia mengatakan tidak berniat memaksakan solusi apa pun untuk menyelesaikan perselisihan teritorial Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan yang telah berlangsung puluhan tahun. Hal ini terjadi saat kedua negara itu masih terus berseteru.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov mengatakan pihaknya masih akan tetap mengupayakan upaya perdamaian bagi kedua tetangga Moskow di Selatan itu. Namun, Moskow disebutnya tidak akan terburu-buru dalam melakukan hal ini.

"Tetapi seharusnya tidak ada upaya artifisial untuk memaksakan kesepakatan dalam satu atau lain hal yang tidak didasarkan pada kepentingan rakyat Armenia atau Azerbaijan hanya demi berita utama yang menarik atau pertimbangan kebijakan geopolitik atau domestik," paparnya dikutip Reuters, Rabu (26/7/2023).

Serangkaian pertemuan antara Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, telah beberapa kali dilakukan dengan mediasi oleh Rusia, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Namun, masalah-masalah utama tidak terselesaikan.

Penjaga perdamaian Rusia tetap berada di wilayah tersebut di bawah ketentuan gencatan senjata tahun 2020 yang ditengahi oleh Moskow. Tapi bentrokan perbatasan sering terjadi dan kedua belah pihak secara rutin bertukar makian keras.

Lavrov mengakui bahwa masalah seputar Nagorno-Karabakh "sama sekali tidak sederhana". Wilayah tersebut telah lama diakui sebagai bagian dari Azerbaijan sementara sebagian besar dari 120.000 penduduknya adalah etnis Armenia.

Meski begitu, Rusia sejauh ini belum memberikan dukungan militer bagi Armenia, yang merupakan sekutunya dalam aliansi pertahanan CSTO. Maret lalu, Pashinyan bahkan memberikan sentilan kepada pakta pimpinan Moskow itu.

"CSTO menarik diri dari Armenia. Apakah diinginkan atau tidak, kami prihatin tentang itu," kata Pashinyan.

Pashinyan juga mengatakan Armenia akan menyambut negara lain, seperti Amerika Serikat dan Jerman, untuk kembali membantu menengahi pembicaraan damai dengan Azerbaijan. Hal ini disampaikannya saat dua negara Barat itu sedang berseteru secara mendalam dengan Moskow akibat perang di Ukraina.

"Arsitektur keamanan yang ada tidak berfungsi. Yerevan sedang berupaya untuk membangun kerja sama militer-teknis dengan banyak negara lain."


(tps/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jreng! Rusia Mulai Serang AS dan Sekutu NATO

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular