Internasional

Kenapa Israel Chaos, Negara Darurat-Terancam Perang Saudara?

sef, CNBC Indonesia
24 July 2023 14:10
Orang-orang Israel berbaris di sepanjang Highway 1 dalam perjalanan mereka ke Yerusalem dekat Moshav Shoresh di Israel, sebagai bagian dari protes terhadap rencana pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk merombak sistem peradilan, Jumat, 21 Juli 2023 waktu setempat. (REUTERS/RONEN ZVULUN)
Foto: (REUTERS/RONEN ZVULUN)

Jakarta, CNBC Indonesia- Israel dilanda kekacauan. Protes anti pemerintah terus terjadi bahkan memasuki minggu ke 29 secara berturut-turut.

Presiden Israel Isaac Herzog mengadakan pertemuan mendadak dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, Minggu. "Ini adalah masa darurat," tegasnya sebagaimana dimuat AFP, Senin (24/7/2023).

Herzog pun mendatangi ketua oposisi Yair LapidĀ dan berunding dengan tokoh oposisi lainnya, Benny Gantz. Negara itu pun terancam perang saudara.

Apa yang Terjadi?

Israel sebenarnya sudah dilanda gonjang-ganjing sejak Maret 2023. Hal ini terjadi pasca PM Netanyahu mengusulkan reformasi peradilan ke parlemen, Knesset.

Reformasi peradilan telah menjadi landasan pemerintahan serta aliansi ekstrem kanan yang mulai menjabat pada akhir Desember. Netanyahu menyatakan perombakan peradilan adalah kunci untuk memulihkan keseimbangan antara cabang-cabang pemerintahan dalam sistem yang diyakini memberi hakim terlalu banyak kekuasaan atas pejabat terpilih.

Dalam rancangan undang-undang baru ala Netanyahu, kendali penuh peradilan akan berada di tangan pemerintah atas penunjukan yudisial. Ini akan melemahkan Mahkamah Agung (MA) hingga pada titik efektif mengakhiri perannya sebagai pengawas kekuasaan eksekutif dan legislatif.

"Pemerintah berpendapat perubahan itu penting untuk mengendalikan MA yang mereka anggap picik, elitis, dan tidak lagi mewakili rakyat Israel," klaim proposal Netanyahu kala itu.

Hal itu kemudian menimbulkan protes warga. Pemogokan juga terjadi, termasuk oleh tentara yang dianggap dapat merusak keamanan Israel, di tengah masih terus panasnya hubungan dengan Palestina.

Warga menilai pemerintah bisa menjadi autokritik. Ini dianggap mematikan demokrasi di negeri itu.

Akhir Maret, Netanyahu sempat menghentikan rencananya. Ia mengatakan tak menginginkan perang saudara terjadi di Israel.

"Dari rasa tanggung jawab nasional, dari keinginan untuk mencegah perpecahan di antara rakyat kami, saya telah memutuskan untuk menghentikan pembacaan kedua dan ketiga dari RUU tersebut untuk memberikan waktu untuk berdialog," katanya.

"Kita tidak akan membiarkan perang saudara," tegasnya.

Namun pekan lalu, undang-undang baru itu kembali dibahas di Knesset. Bahkan koalisi PM Netanyahu berharap undang-undang ditandatangani akhir bulan ini.

Unjuk rasa besar-besaran pun kembali terjadi. Para pengunjuk rasa pun tak segan memblokir setidaknya setengah lusin jalan raya, stasiun kereta api utama dan Bursa Efek neleri itu.

Juru bicara gerakan protes mengatakan tekanan pada pemerintah akan berlanjut. Massa akan melakukan tindakan pembangkangan sipil meski tanpa kekerasan.

"Kami akan terus memprotes di jalan-jalan sampai perombakan yudisial dibatalkan sepenuhnya," katanya.

"Menghadapi pemerintah yang ... terburu-buru membongkar demokrasi, hanya kita, warga negara, yang dapat menghentikan rangkaian kediktatoran," kata koordinator aksi yang lain,dalam sebuah pernyataan.

Hari ini, undang-undang itu direncanakan di ketok. Lebih dari 20 anggota parlemen oposisi juga dijadwalkan untuk berbicara menentang rancangan undang-undang itu.

Ditinggal Investor-Terancam Resesi

Kerusuhan ini diyakini akan memiliki dampak besar pada ekonomi dan arus masuk investasi di Israel. Investasi di sektor teknologi tinggi Israel, yang merupakan kunci utama ekonomi Negeri Yahudi, dilaporkan mulai seret.

"Sebagian besar pertumbuhan ekonomi Israel, sekitar 40%, dihasilkan oleh sektor teknologi tinggi," kata deputi gubernur bank sentral Israel, Zvi Eckstein, dimuat CNBC International.

Menurut laporan Start-Up Nation Policy Institute (SNPI) Juli, investasi di perusahaan teknologi untuk paruh pertama tahun 2023 turun 68% menjadi US$3,7 miliar, menandai tingkat terendah sejak 2018. Sektor fintech Israel serta IT, mencatat penurunan terbesar, anjlok lebih dari 80% tahun-ke-tahun (yoy).

Eckstein juga mencatat kerusuhan berbulan-bulan telah membuat pertumbuhan di pasar saham Israel selama melempem setengah tahun ini. Bursa Efek Tel Aviv turun hampir 10% tahun ini.

Shekel Israel juga sempat jatuh di awal Juni, terendah lebih dari tiga tahun. Menurut dara Refinitiv, angkanya di posisi di 3.753 per dolar.

"Dalam satu tahun, kita akan melihat perlambatan ekonomi yang sangat besar...," tegasnya lagi.

"Saya melihat penurunan yang sangat besar menuju resesi di tahun depan," ramalannya.

Di 2022, ekonomi Israel tumbuh 6,5%. Tetapi pada paruh kedua tahun 2023, perlambatan sekitar 2% terjadi.

Dalam laporan terbaruĀ Reuters, Senin, hampir 70% perusahaan rintisan (startup) di Israel telah mengambil tindakan untuk merelokasi sebagian bisnis mereka ke luar Israel. Survei tersebut, diisi oleh para profesional yang mewakili 521 perusahaan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Di RI Ribut Timnas U-20, di Tel Aviv Chaos, Ada Apa Israel?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular