BI Akui Rupiah Lesu Gara-gara Sentimen China

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
24 July 2023 17:02
Pekerja memperlihatkan uang dolar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022).  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengakui sentimen pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Senin (24/7/2023), dipengaruhi oleh China.

Sentimen kurang baik datang dari negeri China yang mencatat Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2023 hanya tumbuh sebesar 6,3% (year on year/yoy). Dari catatan Tim Riset CNBC Indonesisa, Angka ini lebih rendah dari ekspektasi yakni sebesar 7,3%.

Sedangkan secra kuartalan, laju pertumbuhan ekonomi China tercatat hanya 0,8% dari kuartal pertama. Angka ini tercatat lebih lambat dari pertumbuhan kuartal sebelumnya yang tercatat 2,2%.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengungkapkan bahwa sentimen dari China terhadap pergerakan rupiah jauh lebih kuat dari rapat Federal Reserve minggu ini.

"Betul ditriger oleh kondisi di China, sementara FOMC sebetulnya sudah fully price in," kata Edi kepada CNBC Indonesia, Senin (24/7/2023).

Adapun, sore hari ini, rupiah ditutup stagnan terhadap dolar AS karena pasar masih menunggu arah kebijakan moneter Indonesia dan AS terbaru.

Dilansir dari Refinitiv, Rupiah berakhir stagnan melawan dolar AS di posisi Rp 15.020/US$1. Stagnasi nilai tukar Rupiah hari ini ditengarai terjadi karena sikap wait and see dari para pelaku pasar.

Sementara itu, pagi tadi, Rupiah melemah 0,07% terhadap dolar AS ke angka Rp 15.030/US$1. Pelemahan rupiah ini kembali melanjutkan tren pelemahan pada penutupan perdagangan Jumat (21/7/2023).

Kendati stagnan dan cenderung melemah, Edi menegaskan bahwa pergerakan rupiah masih sangat terkendali. BI dijadwalkan akan merilis suku bunga acuan untuk sebulan ke depan pada Selasa esok (24/7/2023).

Pasar memperkirakan suku bunga acuan BI masih akan ditahan lagi karena inflasi sudah masuk dalam target di rentang 2%-4% sehingga suku bunga masih cukup memadai untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tetap positif.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspor Terus Anjlok, Siap-siap 'Bencana Besar' Datang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular