Awas Putin Baper, China Tiba-tiba Akur Sama Ukraina!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China bersama Ukraina menyepakati kesepakatan ekonomi antara kedua negara. Hal ini terjadi saat mitra strategis China, Rusia, sedang berperang melawan Kyiv.
Wakil Menteri Perdagangan dan Wakil Perwakilan Perdagangan Internasional China Ling Ji bertemu dengan Wakil Menteri Pembangunan Ekonomi, Perdagangan dan Pertanian Ukraina Taras Kachka di Beijing pada hari Kamis, (20/7/2023). Kedua pihak sepakat untuk aktif menghidupkan potensi perdagangan.
Pertemuan tersebut dilakukan sebagai tindak lanjut dari pembicaraan antara para pemimpin kedua negara melalui telepon pada bulan April, karena kedua belah pihak berjanji untuk bersama-sama mempromosikan kerjasama timbal balik.
"China bersedia memperluas impor produk berkualitas tinggi dari Ukraina, mengeksplorasi studi kelayakan untuk liberalisasi perdagangan, dan meningkatkan kerja sama dalam kerangka Organisasi Perdagangan Dunia," kata Ling dikutip media resmi Partai Komunis China, Global Times.
"China bersedia menjalin hubungan kerja sama antara lembaga promosi investasi kedua negara sambil terus memperluas kerja sama perdagangan dan investasi," lanjutnya.
Ling juga mendesak pihak Ukraina untuk secara efektif melindungi keselamatan personel dan aset perusahaan Negeri Tirai Bambu serta melindungi hak dan kepentingan sah perusahaan China di negara tersebut.
Di sisi lain, Ukraina akan memperkuat langkah-langkah keamanan untuk melindungi perusahaan China yang beroperasi di Ukraina. Kyiv bersedia bekerja sama dengan China untuk mempromosikan pembangunan ekonomi dan perdagangan yang sehat dan berkelanjutan.
"Kachka mengatakan pada pertemuan itu bahwa Ukraina sangat menghargai pengembangan hubungan ekonomi dan perdagangannya dengan China dan merupakan mitra penting dalam bersama-sama membangun Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra," tambah wakil menteri itu.
Pertemuan keduanya sendiri terjadi saat Rusia terus menjalin hubungan kerja sama dan perdagangan dengan China. Ini dilakukan karena Beijing tidak menjatuhkan sanksi kepada Moskow akibat serangan Negeri Beruang Putih itu kepada Ukraina.
Rusia bahkan baru-baru ini menarik diri dari Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam, yang memberikan Ukraina dan Rusia mengekspor produk pangan melalui pintu Laut Hitam. Moskow merasa bahwa pihaknya dikecewakan dengan tidak adanya promosi terhadap hasil produk pangannya.
Sejauh ini, posisi China dalam Penyelesaian Politik Krisis Ukraina yang dirilis pada bulan Februari dengan jelas membahas 12 poin utama, termasuk menghormati kedaulatan semua negara, meninggalkan mentalitas Perang Dingin, dan memfasilitasi ekspor biji-bijian yang dibagikan kepada dunia internasional.
Pakar studi Eropa Timur dari Akademi Ilmu Sosial China, Zhao Huirong, mengatakan kepada Global Times pada hari Kamis bahwa pertemuan seperti ini dilakukan di bawah harapan bersama untuk menjaga hubungan ekonomi dan perdagangan yang stabil.
"Ada ruang yang luas untuk kerja sama antara China dan Ukraina, dengan Ukraina menjadi pemasok penting produk pertanian seperti biji-bijian dan minyak nabati ke China. Proporsi impor semacam itu ke China terus meningkat," kata Zhao.
"Produk China seperti perangkat elektronik juga mendapatkan pijakan di pasar Ukraina, sementara kategori barang yang diperdagangkan antara kedua negara semakin beragam," ucapnya.
(tps/wur)