
Harga Sapi Australia Turun 50%, Importir Waspadai Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Suhandri mengatakan, sekarang merupakan saat yang tepat untuk Indonesia mempercepat pemasukan sapi dan daging sapi impor dari Australia. Sebab, harga sapi di negara itu tengah turun, bahkan sampai 30-50%.
Menurut Suhandri, penurunan harga terjadi sebagai efek domino kebijakan Australia yang sebelumnya melakukan pembatasan ekspor dan pemotongan 2 tahun lalu. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menaikkan kembali populasi sapi di Australia.
"Nah, di awal tahun 2023, populasi mereka sudah berlebih makanya mereka sudah masa panen istilahnya, untuk dipotong sehingga harganya lebih baik daripada 2-3 tahun yang lalu. Itu siklusnya seperti itu," kata Suhandri kepada CNBC Indonesia, Jumat (21/7/2023).
"Saya rasa sekarang adalah momen yang bagus untuk (Indonesia) impor. Pada saat dia memang lagi populasi banyak, dan dia potong banyak ini kita kesempatan untuk impor, karena kan pasti harganya dapat murah," ujarnya.
Namun demikian, Suhandri menuturkan, untuk melakukan importasi tentunya dibutuhkan izin impor, makanya dia berharap agar pemerintah tidak menyia-nyiakan momen bagus seperti ini, dengan cara memudahkan pemberian izin impor.
"Tapi kita kan kadang-kadang izin impor juga sulit. Sementara kan kita misalnya izin impor dari negara ini lagi banyak, tapi dia tidak dalam posisi memotong sehingga harganya tidak bagus atau tidak dapat harga yang tepat," kata Suhandri.
Seperti diketahui, Meat and Livestock Australia (MLA) mencatat, ekspor sapi ke Indonesia sepanjang tahun 2021-2022 diprediksi mencapai 1,1 miliar dolar Australia, berkontribusi 7% terhadap nilai ekspor sapi Australia. Indonesia disebutkan sebagai pasar ekspor terbesar sapi Australia.
Mengutip Outlook Komoditas Peternakan Daging Sapi edisi tahun 2022 oleh Kementerian Pertanian (Kementan), sebagian besar impor daging Indonesia berasal dari Australia (daging sapi) dan India (daging kerbau). Sementara impor sapi hidup berasal dari Australia.
Tercatat, pada tahun 2021, impor daging dan jeroan sapi Indonesia hingga 45,6% berasal dari Australia. Atau sekitar 126,07 ribu ton.
Di sisi lain, dia mengusulkan pemerintah membuka kesempatan impor sebanyak-banyaknya dari beberapa negara selain Australia.
"Jadi tidak hanya Australia, Selandia Baru, dan Amerika saja, kemudian dibuka Spanyol juga, dibuka lagi seperti Brazil. Tapi sektor swasta juga ikut terlibat, Jadi kalau misalnya dibuka suatu negara, yang bisa impor hanya tertentu saja ya percuma hasilnya tidak ada juga," tutur dia.
Apabila semakin banyak negara asal impor daging sapi, menurutnya, akan semakin banyak pilihan juga semisal Australia tengah mempertahankan populasinya.
"Semakin banyak negara artinya semakin banyak pilihan. Kalau Australia (sedang) mempertahankan populasi, atau hanya memotong sekadarnya saja kita bisa memilih negara lain. Mungkin kita beli di Amerika Selatan seperti di Argentina, Brazil, Selandia Baru," tuturnya.
"Nah ini sekarang Australia sudah kembali normal, artinya harga Australia akan bersaing dengan harga Brazil atau India," pungkasnya.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Rekor, Harga Daging Sapi Australia Kini Turun
