Ganjar Pranowo Mampu Tekan Angka Kemiskinan di Jateng Tapi...
Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan terus menurun selama Jawa Tengah dipimpin Ganjar Pranowo. Namun, angka penurunannya sangat kecil.
Ganjar sudah memimpin Jawa Tengah dalam dua periode. Masa kepemimpinan pertama terbentang sejak Agustus 2013-Agustus 2018 sementara periode kedua adalah September 2018 hingga sekarang.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk miskin Jateng pada Maret 2013 atau periode sebelum Ganjar tercatat 4,29 juta atau secara rasio mencapai 14,56%.
Lima tahun setelah Ganjar memimpin, jumlah penduduk miskin Jateng per September 2018 tercatat 3,87 juta sementara tingkat kemiskinan turun menjadi 11,19%.
Dalam periode tersebut, jumlah penduduk miskin berkurang sekitar 420.000 sementara rasio kemiskinan berkurang 3,37%.
Namun, garis kemiskinan di Jawa Tengah tidak terlalu berubah drastis. Garis kemiskinan per Maret 2013 ditetapkan sebesar Rp 244.161/bulan sementara per September 2013 tercatat Rp 283.217/bulan. Pada periode tersebut garis kemiskinan di Jawa Tengah hanya naik Rp39.056 per bulan.
Sebagai perbandingan, garis kemiskinan nasional pada Maret 2013 dan per September 2018 naik Rp 139.044 per bulan dari Rp 271. 626/bulan pada Maret 2013 menjadi Rp 410.670/bulan pada September 2018.
Pada periode kedua Ganjar (September 2018-sekarang), jumlah warga miskin di Jawa Tengah turun sebesar 80.000 orang dari 3,87 juta per September 2018 menjadi 3,79 juta per Maret tahun ini.
Rasio kemiskinan melandai dari 11,19% pada September 2018 menjadi 10,77% per Maret 2023.
Data terakhir (2022) menunjukkan Wilayah termiskin adalah Kabupaten Brebes dengan tingkat kemiskinan 16,05%. Penduduk miskin paling sedikit tercatat di Kota Semarang yakni 4,34 juta jiwa.
Meski jumlah penduduk miskin dan tingkat tetapi catatan kemiskinan di Jawa Tengah termasuk buruk dibandingkan provinsi lain.
Tingkat kemiskinan di Jawa Tengah per Maret 2023 jauh di atas rata-rata nasional yang tercatat 9,36%.
Dari seluruh provinsi di Indonesia, Jawa Tengah menduduki peringkat 15 soal rasio kemiskinan tertinggi di Indonesia. Rasio Kemiskinan Jawa Tengah juga jauh lebih tinggi dibandingkan provinsi Jawa Bali yang hanya 7,80%.
Dari tujuh provinsi di Jawa Bali, hanya provinsi DIY yang rasio kemiskinannya lebih buruk dibandingkan Jawa Tengah.
Garis kemiskinan di Jawa Tengah (Rp 477.580/kapita/bulan) juga jauh lebih rendah dibandingkan garis kemiskinan nasional yang ditetapkan sebesarRp 550.458/kapita/bulan ataupun di Jawa Bali (Rp 500.000).
Indeks keparahan kemiskinan Jawa Tengah juga jauh di atas nasional. Indeks keparahan kemiskinan menggambarkan penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Indeks keparahan kemiskinan di Jawa Tengah tercatat 0,41% pada Maret 2023. Indeks lebih tinggi dibandingkan nasional yakni 0,38%, atau rata-rata di Pulau Jawa yakni 0,29%.
Tingginya angka kemiskinan di Jawa Tengah tidak bisa dilepaskan dari sektor penyumbang tenaga kerja.
Struktur lapangan pekerjaan di Jawa Tengah di dominasi oleh pertanian, kehutanan dan perikanan yang menyerap tenaga kerja sebesar 25% dari total penduduk yang bekerja. Rata-rata upah di sektor tersebut lebih rendah dibandingkan sektor lain sehingga penduduk Jawa Tengah semakin sulit meningkatkan pendapatan.
Rasio Gini atau ketimpangan pengeluaran antara kaya dan miskin di Jawa tengah meningkat dari 0,366 per September 2022 menjadi 0,369 pada Maret 2023. Rasio naik 0,003 poin dalam periode tersebut.
Semakin lebarnya ketimpangan terutama terjadi di perkotaan. Gini ratio di wilayah perkotaan di Jawa Tengah tercatat 0,399 pada Maret 2023, dari 0,392 per September 2022.
Sementara itu, indeks di wilayah pedesaan turun dari0,326 pada September 2022 menjadi 0,318 pada Maret 2023.
Sebagai catatan, rasio Gini berada di kisaran 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi nilai rasio Gini, maka semakin tinggi ketimpangan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcidonesia.com
(mae)