BMKG Peringatkan Puncak El Nino di RI, Jokowi Perintahkan Ini

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Selasa, 18/07/2023 18:49 WIB
Foto: Rapat Terbatas Bersama sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin Presiden Joko Widodo, pada Selasa (18/07/2023) di Istana Negara, Jakarta. (Dok: Humas Badan Pangan Nasional)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, puncak El Nino di Indonesia akan terjadi pada bulan Agustus-September nanti. Yang dikhawatirkan akan memicu kekeringan di Tanah Air.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun memanggil sejumlah menteri dan menteri koordinator, serta kepala lembaga dan menggelar Rapat Terbatas Antisipasi Fenomena El Nino di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (18/7/2023).

"Sesuai arahan dari Bapak Presiden dalam rapat antisipasi dampak El Nino hari ini, Badan Pangan Nasional (Bapanas) diminta menyiapkan dan menghitung secara cermat stok pangan nasional kita," kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dalam keterangan tertulis, usai rapat.


"Ini penting dilakukan agar ketersediaan dan stabilitas pangan tetap terjaga dan mengantisipasi dampak kekeringan ekstrem akibat El Nino, yang menurut BMKG diperkirakan pada Agustus-September ini," tambahnya.

Menurutnya, penyiapan stok pangan nasional dilakukan dengan penguatan posisi cadangan pangan pemerintah yang dapat dimanfaatkan untuk stabilisasi pangan.

Dengan kondisi stok beras yang ada di Perum Bulog saat ini yang mencapai 735 ribu ton, kata Arief, pemenuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dari produksi dalam negeri terus dilakukan.

"Penguatan stok pangan ini kita terus percepat, dengan menaikkan stok Bulog dari 735 ribu ton menjadi 1,2 juta ton sesegera mungkin. Paralel dengan upaya peningkatan produksi padi, sehingga dampak El Nino terhadap ketahanan pangan dapat kita minimalisir sekecil mungkin," kata Arief.

"Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang meminta Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk menyiapkan lahan 500 ribu hektare (ha). Sehingga nantinya dapat memasok stok beras ke Bulog sesuai target Bapanas mencapai 2,4 juta ton beras hingga akhir tahun 2023," jelasnya.

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memperingatkan, efek El Nino akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan.

"Tadi kami bersama Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden, Bapak Menko dan beberapa menteri membahas tentang antisipasi dan kesiapan dalam menghadapi ancaman El Nino. Yang diprediksi puncaknya akan terjadi di bulan Agustus-September," kata Dwikorita.

"El Nino ini intensitasnya lemah hingga moderat sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan. Juga produktivitas pangan atau berdampak terhadap ketahanan pangan," tambahnya.

Menurut Dwikorita, antisipasi sudah dilakukan sejak bulan Februari-April lalu, meski masih harus diperkuat.

Di sisi lain, dia mengatakan, Indonesia saat ini masih diuntungkan topografi pegunungan, sehingga kekeringan ekstrem akibat El Nino tidak akan terjadi serentak di wilayah-wilayah Indonesia.

"Kemungkinan 1 wilayah mengalami kekeringan, tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi. Artinya bukan berarti seluruhnya serentak kering. Ada di sela-sela itu yang juga mengalami bencana hidrometeorologi basah," kata Dwikorita.

Di sisi lain, dia meminta semua pihak menjaga lingkungan dan tata kelola air. Juga menganjurkan melakukan monitor perkembangan cuaca dan iklim yang dinamis dari waktu ke waktu.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bapanas Jamin Bansos Beras 10Kg Tepat Sasaran & Berkualitas