RI Gandeng Negara Tetangga, Keluar dari Middle Income Trap

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Senin, 17/07/2023 07:50 WIB
Foto: Aktivitas Nelayan Muara Angke (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas telah menginisiasi pembentukan kerangka kerja pelaksanaan ekonomi biru di kawasan ASEAN atau ASEAN Blue Economy Framework.

Sebagai catatan, ekonomi biru yang berbasis pada sumber daya laut akan menjadi salah satu motor untuk memajukan ekonomi Indonesia agar dapat keluar dari middle income trap. 

Implementasi itu telah digelar pada Juli 2023, dan peta jalan pelaksanaanya bakal dilaksanakan saat KTT ASEAN ke-43 di bawah keketuaan Indonesia pada September 2023.


Melalui konsep ekonomi biru itu, pemerintah Indonesia mendorong negara-negara ASEAN memanfaatkan kekayaan sumber daya laut yang mayoritas dimiliki negara-negara ASEAN, yakni 5,06 juta km persegi, sedangkan wilayah daratan 4,81 juta km.

"Tetapi kami Indonesia berinisiatif mengusung konsep di mana nantinya blue economy ini itu harus menjadi pemersatu dan kedua menjadi engine of growth di kawasan ASEAN," kata Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (17/7/2023).

Karena wilayahnya yang mayoritas laut, seharusnya potensi ekonomi kelautan yang berkisar US$ 2,5 triliun dan wilayah pesisir US$ 3 triliun per tahun, mampu membuat negara-negara ASEAN bisa menjadi negara dengan pendapatan tinggi.

Namun, Amalia menekankan, karena potensi itu selama ini terbengkalai, mayoritas negara-negara ASEAN terjebak ke dalam status negara berpendapatan menengah atau middle income trap selama puluhan tahun.

Amalia menyebutkan, dari 10 negara anggota ASEAN, hanya Singapura dan Brunei Darussalam yang menyandang status negara berpendapatan tinggi dalam periode 1987-2021. Sisanya masuk kategori lower dan middle income.

Di antaranya, Indonesia masih menyandang status upper middle income setelah lebih dari 30 tahun lebih bersama Thailand, Malaysia terjebak di status negara berpendapatan menengah. Lalu, Kamboja, Laos, Myanmar, Filipina, dan Vietnam masih berstatus lower middle income.

"Jadi ASEAN dan Indonesia memiliki permasalahan yang sama terjebak ke dalam negara berpendapatan menengah, karena ya masalahnya kita tidak punya engine of growth yang baru untuk pertumbuhan ekonomi," tegas Amalia.

Laos sendiri merupakan satu-satunya negara ASEAN yang tidak memiliki lautan. Oleh sebab itu, Amalia menekankan, konsep ekonomi birunya termasuk Sungai Mekong, sehingga konsep ekonomi biru ini bisa diterima seluruh negara ASEAN pada Juli lalu.

Prinsip utama ekonomi biru sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru ASEAN terbagi menjadi tiga. Pertama penciptaan nilai tambah, inklusivitas, serta kesinambungan. Diiringi dengan tiga strategi, yaitu manajemen konservasi biru; blue science, teknologi, dan inovasi; serta sektor biru prioritas.

Adapun motor penggeraknya terbagi menjadi empat segmen, yakni penguatan infrastruktur penunjangnya di negara-negara anggota ASEAN, pengaturan kelembagaan, investasi dan keuangan yang berkelanjutan untuk ekonomi biru, hingga pembangunan kapasitas.

Ekonomi biru ini masuk ke dalam pilar komunitas ekonomi ASEAN, sehingga tidak akan menyinggung dua pilar lainnya, seperti pilar Komunitas Keamanan dan Politik ASEAN, serta Komunitas Sosio-Kultural ASEAN.

Berkaca dari peta jalan pengembangan ekonomi biru yang telah dimiliki Indonesia, pelaksanaan ekonomi biru ini didasari atas ekonomi berbasiskan kelautan atau marine based economy.

Artinya sektor bisnis yang akan didorong untuk peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan sehat didasari atas sektor seperti marine tourism, fishery industry, shipping industry, bioeconomy and biotechnology, sea logistic, renewable energy, research and education, hingga ocean waste management.

Yang jelas, Amalia menekankan, melalui pengembangan ekonomi biru di ASEAN ini, tujuan utamanya adalah menciptakan aksi bersama dan kerja sama untuk menghadirkan ketahanan pangan bagi masyarakat ASEAN, sumber penghidupan yang layak dan berkualitas, memitigasi perubahan iklim, konektivitas, inovasi, dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran.

"Sehingga nanti kita sama-sama berkolaborasi menjadikan laut itu bukan dijadikan sebagai ajang politik itu yang kita tekankan. Indonesia ingin mengambil leadership untuk mempersatukan ASEAN dengan cara mengusung blue ekonomi itu sebagai wadah untuk kita bisa mendorong mempercepat pertumbuhan ekonomi ASEAN dengan cara inklusif dan berkelanjutan," ucap Amalia.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Jadi Negara Pengguna AI Tertinggi di Asia Tenggara