Internasional

Perang Rusia-Ukraina Horor, Putin Beri Warning Mematikan Baru

sef, CNBC Indonesia
Senin, 17/07/2023 06:11 WIB
Foto: Vladimir Putin AP/Alexei Nikolsky

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan ancaman baru soal perang Rusia-Ukraina. Ia bahkan mempertimbangkan penggunaan 'senjata mematikan' baru di konflik tersebut.

Hal ini merupakan jawaban dari dikirimkannya 'senjata terlarang' bom kluster (cluster munitions) sebagai amunisi ampuh terbaru Ukraina melawan Rusia oleh Amerika Serikat (AS). Senjata yang sama, kata Putin, akan ia gunakan seraya menyebut amunisi itu "sangat cukup" dimiliki Rusia.


"Rusia memiliki persediaan yang cukup untuk berbagai jenis bom kluster," kata pemimpin Rusia itu saat wawancara dengan seorang jurnalis pro-Kremlin, dimuat CNN International, Minggu (16/7/2023).

"Jika itu digunakan untuk melawan kami, kami berhak untuk mencerminkan tindakan," tegasnya.

Putin sendiri mengklaim belum menggunakannya hingga saat ini. Namun ia mengarahkan hal itu tergantung kebutuhan.

"Sampai sekarang, kami belum melakukan ini, kami belum menggunakannya, dan kami belum memiliki kebutuhan seperti itu," tambahnya lagi dimuat CNBC International dan AP.

Bom kluster merupakan bom curah yang kontroversial dan dilarang kelompok hak asasi manusia. Senjata tersebut sangat berbahaya terutama bagi warga sipil karena bisa menyebarkan peledak ke area yang sangat luas, apalagi ketika ditembakkan di dekat daerah berpenduduk.

Jika gagal meledak sekarang, diyakini dampaknya pun masih bisa meledak bertahun-tahun kemudian. Ini menimbulkan risiko jangka panjang bagi siapa saja yang menghadapinya, mirip dengan ranjau darat.

Bom kluster ini pun bisa membawa peledak seluas beberapa lapangan sepak bola. Mereka bisa dijatuhkan dari pesawat atau diluncurkan dari darat atau laut.

Sebanyak 100 negara melarangnya. Termasuk Inggris, Prancis dan Jerman.

"Mereka dirancang untuk meledak pada benturan tetapi sebanyak sepertiga tidak, dan tetap menjadi risiko mematikan bagi warga sipil selama bertahun-tahun yang akan datang," muat CNN International.

"Sebanyak 94% dari korban bom curah yang tercatat adalah warga sipil, di mana hampir 40% di antaranya adalah anak-anak," tambah media itu.

Presiden AS Joe Biden sendiri mengatakan bahwa keputusan akan mengirim bom kluster ke Ukraina "sangat sulit". Tetapi dia memilih untuk melakukannya karena Kyiv membutuhkan lebih banyak amunisi guna melanjutkan perjuangan mendorong pasukan Rusia keluar dari wilayah Ukraina.

Seorang pejabat tinggi di Departemen Pertahanan AS mengatakan Ukraina telah memberikan "jaminan tertulis". Bahwa mereka tidak akan menggunakannya di daerah perkotaan.

Perang Rusia dan Ukraina sendiri telah terjadi sejak Februari 2022. Juni lalu PBB memperkirakan 8.000 lebih warga sipil tewas, meski meyakini angkanya lebih besar.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rusia Klaim Masuki Wilayah Dnipropetrovsk, Ukraina Membantah