Internasional

Panas! Awas 'Perang' Baru Jerman vs China

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
14 July 2023 21:50
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dan Menteri Luar Negeri China Qin Gang menghadiri konferensi pers bersama di Diaoyutai State Guesthouse di Beijing, China, 14 April 2023. (via REUTERS/POOL)
Foto: Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dan Menteri Luar Negeri China Qin Gang menghadiri konferensi pers bersama di Diaoyutai State Guesthouse di Beijing, China, 14 April 2023. (via REUTERS/POOL)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Jerman dan China memanas. Ini terkait upaya melepaskan ketergantungan Berlin dari Beijing.

Pemerintah Kanselir Olaf Scholz mendesak perusahaan di negeri itu untuk "menghilangkan risiko" karena China. Hal ini kemudian ditanggapi pemerintah Xi Jinping dengan peringatan bahwa pernyataan itu akan merusak kerja sama dan kepercayaan.

"Kami ingin mengurangi ketergantungan di masa depan," cuit Scholz, dikutip AFP, Jumat (14/7/2023).

"Reaksi terhadap China telah berubah dan menjadi lebih tegas," tambahnya.

Hal ini kemudian dipertegas dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock. Sebuah laporan media Jerman juga menyebut bagaimana laporan 64 halaman dibuat kementerian luar negeri untuk melindungi kepentingan negara.

"Bagi Jerman, China tetap menjadi mitra, pesaing, saingan sistemik. Tetapi aspek persaingan sistemik telah menjadi semakin menonjol dalam beberapa tahun terakhir," kata Baerbock.

"Strategi ekonomi China bertujuan untuk mengurangi ketergantungannya pada negara lain, sekaligus membuat rantai produksi internasional lebih bergantung pada China," kata kementerian di laporan tersebut.

Mengutip surat kabar lokal, sementara ketergantungan Eropa mulai menurun ke China, Jerman sebaliknya. Ketergantungan akan Tirai Bambu jadi makin penting beberapa tahun terakhir.

China adalah mitra dagang tunggal terbesar Jerman. Pada tahun 2022, impor Jerman dari China naik 33,6% dari tahun lalu menjadi 191,1 miliar euro sementara ekspor Jerman ke China hanya naik 3,1% menjadi 106,8 miliar euro.

Padahal dalam sebuah laporan badan intelijen Jerman disebut bagaimana China menjadi ancaman terbesar. Ini terkait spionase ekonomi dan ilmiah serta investasi asing langsung di Jerman.

China pun diyakini bisa bertindak melawan kepentingan Jerman dan menempatkan keamanan internasional di bawah tekanan. Pekan lalu, China pun memberlakukan pembatasan ekspor pada dua logam pembuat chip utama, yang kemudian dijadikan peringatan bagi Eropa dan AS. dalam perang teknologi atas chip berteknologi tinggi.

Muncul pula seruan kemitraan lebih intens dengan luar China. Terutama di Afrika, Amerika Latin, dan Indo-Pasifik.

"Dalam hal kebijakan luar negeri, China mengejar kepentingannya sendiri jauh lebih tegas dan berusaha dengan berbagai cara untuk membentuk kembali tatanan internasional berbasis aturan yang ada. Ini berdampak pada keamanan Eropa dan global," kata laporan kementerian luar negeri lagi.

"Kita tidak perlu melihat terlalu dekat untuk melihat bahwa China telah berubah," kata Baerbock.

Reaksi China

Hal ini kemudian mendapat reaksi keras dari Beijing. China mengatakan memandang negerinya sebagai pesaing dan saingan sistemik tidak sejalan dengan fakta objektif atau dengan kepentingan bersama kedua negara.

"Banyak tantangan dan masalah yang dihadapi Jerman saat ini bukan disebabkan oleh China. China adalah mitra Jerman dalam menghadapi tantangan, bukan lawannya," kata kedutaan besar China di Jerman.

Konferensi pers juga dilakukan juru bicara kementerian luar negeri China Wang Wenbin. Ia malha memperingatkan risiko yang bisa didapat akibat pernyataan itu,

"Kami percaya bahwa persaingan dan proteksionisme atas nama 'mengurangi risiko' dan mengurangi ketergantungan ... mempolitisasi kerja sama normal," ujarnya dimuat laman yang sama.

"Langkah tersebut hanya akan menghasilkan kebalikan dari hasil yang diinginkan, menciptakan risiko buatan manusia," tegasnya.

"Berteriak tentang apa yang disebut persaingan sistem, kepentingan, dan nilai yang bertentangan dengan tren zaman akan membuat perpecahan di dunia," kata Wang.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukti Baru AS Mulai "Dijauhi" Dunia: Jerman

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular