
Green Refinery Jadi Inisiatif Pertamina Kejar Nol Emisi

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kilang Pertamina Internasional berkomitmen mengembangkan kilang-kilang yang beroperasi untuk menghasilkan produk lebih ramah lingkungan melalui inisiatif Green Refinery. Inisiatif pengolahan bahan bakar minyak ramah lingkungan (green fuel) ini menjadi milestone sekaligus bukti Kilang Pertamina mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) 2060.
Pengembangan Green Refinery menjadi inisiatif dalam mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional 2025, yakni melalui bahan bakar lebih ramah lingkungan dengan menggunakan bahan baku terbarukan (renewable Feedstock).
Bahan baku yang diolah di kilang Pertamina, antara lain minyak kelapa sawit/Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Adapun ke depan dapat juga dikembangkan untuk mengolah minyak jelantah/Used Cooking Oil (UCO) menjadi biofuels.
Sementara itu, upaya pengembangan green refinery di kilang Pertamina, yaitu di kilang Cilacap berhasil mengolah green fuel dengan kapasitas 3 KBPD dari feedstock RBDPO. Produk ini dihasilkan dari minyak kelapa sawit yang dijernihkan menjadi produk Green Diesel 100%, yaitu Pertamina Renewable Diesel (Pertamina RD).
Pertamina RD telah dipasarkan di market domestik dan mendukung pemenuhan kebutuhan Renewable Power dari Generator Set di acara EWTG G20 dan Formula E World Championship. Pertamina RD juga dipasarkan secara ekspor untuk pasar Eropa pada 2022.
Produk green fuel lain yang dapat diproduksi melalui Green Refinery adalah Sustainable Aviation Fuel (SAF) untuk bahan bakar pesawat terbang (Bioavtur). Produk ini pun telah diuji coba terbang pada 2022 lalu menggunakan CN235, bahkan bioavtur akan diuji coba terbang komersial pada salah satu pesawat dari maskapai BUMN.
Green Refinery akan terus dikembangkan seperti Green Refinery Cilacap fase 2 untuk meningkatkan kapasitas pengolahan menjadi 6 KBPD dengan varian feedstock yang lebih luas, yaitu mengolah hingga spesifikasi Minyak Jelantah/Used Cooking Oil (UCO). Green Refinery Cilacap Fase 2 ditargetkan dapat onstream pada 2026 untuk meningkatkan kualitas produk dan menurunkan emisi gas buang.
Selain Cilacap, pengembangan Green Refinery Plaju dengan kapasitas pengolahan 20 KPBD dapat memproduksi Pertamina RD(HVO), Bioavtur(SAF), dan BioNaphta yang ditargetkan selesai pada 2027.
Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman menyampaikan pengembangan green fuels dari Green Refinery Pertamina menunjukkan komitmen Kilang Pertamina dalam mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 yakni 'Energi Bersih dan Terjangkau'. Upaya ini juga sejalan dengan komitmen Kilang Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung Net Zero Emission (NZE) 2060.
"Green Refinery Pertamina merupakan komitmen Kilang Pertamina untuk memproduksi bahan bakar yang berkualitas dan ramah lingkungan," ujar Taufik dalam siaran pers, dikutip Jumat (17/6/2023).
Menurut dia, roadmap pengembangan Kilang Pertamina saat ini mengacu pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) di mana kebutuhan Produk BBM diperkirakan akan meningkat hingga 2040. Berdasarkan RUEN, roadmap pengembangan kilang Pertamina tersusun atas kapasitas pengolahan dari 1,05 Juta BPD menjadi 1,4 juta BPD, produksi BBM dari 700 KBPD menjadi 1,2 juta BPD, dan produksi Petrokimia 1,6 juta ton per anum menjadi 7,4 juta ton per anum.
"Hal tersebut juga terus mendukung kebutuhan BBM, khususnya produksi solar dan avtur yang sepenuhnya diproduksi dari dalam negeri (sejak 2019 telah mandiri)," ungkap Taufik.
Dengan roadmap pembaharuan Kilang-kilang Pertamina tersebut, ujar dia, pengembangan telah mempertimbangkan strategi yang berorientasi lingkungan dan produksi BBM ramah lingkungan setara dengan EURO V. Di samping itu, peningkatkan Nelson Complexity Index (NCI) atau kompleksitas kilang yang akan meningkat untuk dapat lebih banyak memproduksi valuable product.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Tegaskan Komitmen dan Upaya Capai Netral Karbon