Internasional

Bos CIA Tiba-Tiba Telepon Komandan Intelijen Rusia, Ada Apa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
13 July 2023 16:20
William J. Burns. (Tom Williams/Pool via AP)
Foto: William J. Burns. (Tom Williams/Pool via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Rusia, Sergey Naryshkin, mengatakan bahwa pihaknya mengadakan panggilan telepon dengan Direktur CIA, William Burns, pada bulan lalu. Hal ini terjadi saat hubungan Rusia dan Amerika Serikat (AS) memanas akibat serangan Moskow ke Ukraina.

Naryshkin mengatakan pihaknya dan Burns berkorespondensi langsung pada 30 Juni untuk membahas "apa yang harus dilakukan terhadap Ukraina". The New York Times dan Wall Street Journal melaporkan dalam panggilan itu, Burns berupaya meyakinkan Kremlin bahwa AS tidak terlibat dalam pemberontakan kelompok paramiliter Wagner.

Naryshkin membenarkan bahwa Burns telah mengangkat "peristiwa 24 Juni", ketika tentara bayaran menguasai kota Rusia selatan dan maju menuju Moskow sebelum mencapai kesepakatan dengan Kremlin untuk mengakhiri pemberontakan.

"Namun untuk sebagian besar panggilan, yang berlangsung sekitar satu jam, kami mempertimbangkan dan mendiskusikan apa yang harus dilakukan dengan Ukraina," paparnya kepada media resmi Rusia, TASS, yang dikutip Al Jazeera, Kamis, (13/7/2023).

Kepala intelijen itu menambahkan ahwa negosiasi perang akan menjadi mungkin di beberapa titik. Namun kantor berita TASS tidak merinci apakah ini bagian dari percakapannya dengan Burns.

"Wajar jika negosiasi akan dimungkinkan cepat atau lambat, karena konflik apa pun, termasuk konflik bersenjata, diakhiri dengan negosiasi, tetapi kondisi untuk ini masih perlu kematangan," ujarnya.

Panggilan telepon antara Burns dan Naryshkin sendiri ditanggapi oleh Ukraina. Penasihat Kepresidenan Ukraina Mykhailo Podolyak menyebut Naryshkin bukanlah tokoh yang dapat membuat keputusan dalam perang antara Kyiv dengan Moskow.

Podolyak menambahkan bahwa Rusia saat ini sudah kalah perang dan tidak akan ada negosiasi dengan orang-orang seperti Naryshkin.

"Elit Rusia ini menganggap peristiwa itu sama sekali tidak memadai, jadi tidak ada yang perlu dibicarakan dengan mereka," tegasnya.

Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin beralasan bahwa serangan didasarkan pada niatan Kyiv untuk bergabung dengan NATO, yang sebenarnya merupakan rival dari Moskow.

Selain itu, Putin berniat untuk mengambil wilayah Donetsk dan Luhansk yang sebelumnya dikendalikan Ukraina. Ini untuk membebaskan masyarakat etnis Rusia yang disebutnya mengalami persekusi dari kelompok ultra nasionalis Ukraina.

Dalam serangan ini, AS bersama sekutunya telah memberikan sokongan dan dukungan bagi Ukraina. Selain bantuan senjata mematikan, Washington juga menjatuhkan sanksi ekonomi untuk menggembosi pendapatan Moskow yang diduga dapat digunakan untuk membiayai perang.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Jenderal' Putin Minta Jet Tempur & Senjata AS, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular