Internasional

Deal! RI Cs Sepakati Poin Laut China Selatan dengan Beijing

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
13 July 2023 15:30
SPRATLY ISLANDS, AT SEA - OCTOBER 25: Buildings and structures are seen on the artificial island built by China in Gaven Reefs on October 25, 2022 in Spratly Islands, South China Sea. China has progressively asserted its claim of ownership over disputed islands in the South China Sea by artificially increasing the size of islands, creating new islands and building ports, military outposts and airstrips. The South China sea is an important trade route and is of significant interest as geopolitical tensions remain high in the region. (Photo by Ezra Acayan/Getty Images)
Foto: Getty Images/Ezra Acayan

Jakarta, CNBC Indonesia - ASEAN dan China menyepakati panduan untuk mempercepat perundingan Kode Etik (Code of Conduct) di Laut China Selatan (LCS). Panduan tersebut diadopsi dalam pertemuan para Menlu ASEAN dengan Direktur Urusan Luar Negeri Komite Pusat Partai Komunis China, Wang Yi, di Jakarta, Kamis (13/7/2023).

Menlu RI Retno Marsudi dan Direktur Wang Yi bersama-sama memimpin jalannya pertemuan. Dalam sambutan pembukaan, Menlu Retno menyampaikan bahwa China adalah mitra penting ASEAN dalam menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik selama lebih dari tiga dekade.

Secara ekonomi, China adalah mitra dagang terbesar ASEAN. Begitu juga sebaliknya, ASEAN adalah mitra dagang terbesar China.

Perdagangan keduanya mencapai US$ 975 miliar. Beijing juga menjadi sumber investasi asing terbesar keempat bagi ASEAN dengan nilai US$ 13,8 miliar di tahun 2021.

"Kemitraan kita semakin penting di tengah tantangan yang semakin meningkat," kata Menlu Retno seperti dikutip rilis resmi Kementerian Luar Negeri.

Mantan Duta Besar RI untuk Belanda itu menambahkan bahwa penyelesaian COC ini merupakan sesuatu yang penting. Apalagi, di tahun 2023 ini, ASEAN memperingati 20 tahun aksesi China dalam Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC).

"Capaian ini harus terus membangun momentum positif untuk mempererat kemitraan yang memajukan paradigma inklusivitas dan keterbukaan, menghormati hukum internasional termasuk UNCLOS 1982, dan mendorong kebiasaan dialog dan kolaborasi," ujar Retno.

Lebih lanjut, Retno juga menghimbau agar kedua pihak harus bekerja keras untuk memperkokoh kemitraan tersebut. Menurutnya, RRC harus menjadi mitra terpercaya terpercaya ASEAN dalam merawat arsitektur kawasan yang terbuka.

"Hanya dengan begitu kita bisa mencapai kerja sama yang win-win demi terciptanya perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran bersama di Indo-Pasifik," tambahnya.

LCS merupakan jalur penting untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia dengan beberapa negara terletak di bibir lautan itu seperti Brunei, Kamboja, China, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Lautan itu diyakini sebagai lautan yang kaya hasil alam, terutama migas dan ikan.

China bersikukuh mengklaim sekitar 90% dari lautan itu dalam apa yang disebut sebagai "sembilan garis putus-putus" dimana mencakup area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi). Bahkan, China dilaporkan telah membangun kota seluas 800 ribu mil persegi di Kepulauan Paracel bernama Shansa.

Luas Itu membuatnya 1.700 kali luas New York City. Di kota itu, China sudah membuat beberapa fasilitas kelas kota yang memiliki fasilitas seperti desalinasi air laut dan fasilitas pengolahan limbah, perumahan publik baru, sistem peradilan yang berfungsi, jangkauan jaringan 5G, sekolah, dan penerbangan charter reguler.

Klaim tersebut telah menimbulkan ketegangan politik dunia akan perang terbuka yang mungkin saja terjadi karena konflik teritorial ini. Diketahui, beberapa rival Barat China telah mengirimkan atau merencanakan pelayan armada perangnya ke perairan ini.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article ASEAN Percepat Kode Etik Laut China Selatan Dengan Beijing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular