
Dedolarisasi Panas! Terungkap 'Bentuk' Mata Uang Baru BRICS

Jakarta, CNBC Indonesia - Dedolarisasi makin panas. Istilah ini merupakan upaya penggantian dolar yang biasanya digunakan sebagai mata uang transaksi bilateral.
Salah satunya dilakukan BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (Afsel)). Kisi-kisi bagaimana bentuk mata uang baru itu mulai terungkap.
Dalam pemberitaan terbaru Russia Today (RT), dikatakan BRICS akan didukung emas, berbeda dengan Greenback yang didukung kredit. Pengumuman resmi diharapkan akan dibuat selama KTT BRICS pada bulan Agustus di Afsel.
"Uang baru, dunia baru," tulis media itu dikutip Selasa, (11/7/2023).
"Standar emas akan menjadi keuntungan besar dalam menetapkan mata uang baru," tambahnya.
Meski begitu nama mata yang itu belum disebutkan. Tetapi, pembelian emas besar-besaran yang dilakukan China beberapa waktu teakhir disebut terkait mata uang baru itu.
Dilaporkan bank sentral China, People's Bank of China, menambahkan 23 ton cadangan emas pada bulan Juni. Dengan penambahan tersebut, saat ini memiliki cadangan hingga 2.330 ton emas.
Perlu diketahui, di 2022, permintaan logam kuning meroket dan tren tersebut berlanjut hingga tahun ini dengan pembelian kuartal pertama naik 176% setiap tahun. Menurut laporan Dewan Emas Dunia di bulan Mei, 62% bank sentral memprediksi emas akan menjadi bagian cadangan yang lebih besar dalam lima tahun ke depan dengan cadangan dolar diperkirakan berkurang menjadi 40% -50%.
"Sekilas, unit transaksi baru, yang didukung oleh emas, terdengar seperti uang yang bagus," kata Kepala Ekonom Degussa, Thorsten Polleit.
"Ini bisa menjadi tantangan besar bagi hegemoni dolar AS," tambahnya dimuat Kitco News.
Namun, ia menyakini jalan intuí membuat mata uang itu jadi kenyataan masih jauh. Ini manyinggung detilnya sebagai masalah.
"Untuk membuat mata uang baru sebagus emas, mata uang yang benar-benar sehat, itu harus dapat dikonversi menjadi emas sesuai permintaan. Saya tidak yakin apakah ini yang dipikirkan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan," katanya.
"Menggunakan emas sebagai uang, satuan hitung akan menjadi pengubah permainan sejati, tidak diragukan lagi. Ini bisa menyebabkan devaluasi tajam banyak mata uang fiat vis-à-vis logam kuning (termasuk mata uang fiat BRICS) dan itu bisa melambungkan harga barang dalam mata uang fiat," tambahnya.
"Ini bisa menjadi kejutan bagi sistem uang fiat global. Saya tidak yakin ini yang ingin dicapai BRICS," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) AS Janet Yellen buka suara soal wacana dedolarisasi yang tengah digarap BRICS. Hal ini diungkapkannya setelah bertemu dengan beberapa pejabat China, yang juga anggota aliansi, Minggu di Beijing.
Menurut Yellen, masih sulit berpikir tentang dolar AS bisa digantikan mata uang lain. Apalagi saat ini, dolar mendominasi mata uang global.
"Semua data yang saya ketahui menunjukkan bahwa dolar sangat dominan," katanya dimuat Reuters, dikutip Senin.
"Hampir 90% digunakan dalam transaksi internasional dan saya tidak berpikir bahwa ada alternatif lain yang dapat menggantikannya di masa mendatang," ujarnya lagi.
Dedolarisasi BRICS muncul setelah perang Rusia dan Ukraina membuat sanksi Barat ke Moskow. Rusia diisolasi dari perdagangan global dan menyulitkannya melakukan dan menerima pembayaran akan aktivitas ekspor dan impor.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dukung Dedolarisasi, Presiden Brasil Beri Pesan ke RI Cs
