
Benarkah ASI Bikin Anak Jadi Lebih Pintar? Simak Studi Ini Ya

Jakarta, CNBC Indonesia - Memiliki anak yang cerdas adalah impian setiap orang tua. Ternyata, salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan otak si kecil di masa depan adalah durasi pemberian air susu ibu (ASI).
Melansir dari CNN Health, sebuah penelitian yang dipublikasikan Archives of Disease in Childhood menemukan bahwa anak yang memperoleh ASI lebih lama mampu mendapatkan nilai yang cukup baik di sekolah. Sementara itu, anak yang menerima ASI dengan waktu lebih singkat atau tidak sama sekali memberikan hasil sebaliknya.
Hasil tersebut ditemukan dalam penelitian yang dilaksanakan sejak tahun 2000-an hingga anak-anak memasuki tahun terakhir sekolah menengah. Dalam studi tersebut, penulis utama studi, Renee Pereyra-Elias, membandingkan hasil tes para subjek dalam ujian General Certificate of Secondary Education di Inggris pada tahun-tahun terakhir sekolah menengah mereka.
Dalam penelitian yang melibatkan sekitar lima ribu anak-anak di Inggris ini, Elias menyebutkan bahwa anak-anak yang memperoleh ASI selama 12 bulan berpeluang 39 persen lebih tinggi untuk lulus ujian matematika dan bahasa Inggris. Lalu, mereka juga 25 persen lebih kecil kemungkinannya untuk gagal dalam ujian bahasa Inggris.
Namun, Elias mengatakan bahwa hasil tersebut tidak membuat setiap keluarga diwajibkan memberikan ASI kepada mereka. Sebab, tidak semua keluarga dapat memberikan ASI.
"Tidak semua keluarga dapat memberikan ASI. Mereka (orang tua) yang tidak dapat melakukannya (memberi ASI kepada anak) tidak harus merasa malu atau bersalah bahwa mereka mungkin memberikan kekurangan kepada anak-anak mereka," ujar Elias, dikutip Senin (10/7/2023).
Profesor emeritus statistik terapan di Inggris, Kevin McConway, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, menyebut bahwa penelitian ini masih memerlukan studi lebih lanjut. Sebab, masih banyak keterbatasan selama penelitian dilakukan. Terlebih, hasil penelitian menggunakan data observasi dari studi kohort utama.
Menurut McConway, penelitian yang bersifat observasional berarti penelitian ini mengikuti perilaku orang-orang daripada secara acak menentukan perilaku yang diteliti. Oleh karena itu, hasil penelitian hanya menunjukkan adanya korelasi antara pemberian ASI dan hasil tes, bukan hubungan sebab-akibat.
"Itu tidak berarti bahwa pemberian ASI yang menyebabkan anak-anak berhasil di sekolah, jelas bisa ada aspek lain dari fakta bahwa keluarga mereka relatif sejahtera," ujar McConway.
Sebagai informasi, melansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), durasi pemberian ASI yang direkomendasikan adalah sampai dua tahun atau lebih.
Alasan ASI tetap diberikan setelah bayi berusia enam bulan karena 65 persen kebutuhan energi seorang bayi pada umur 6-8 bulan masih terpenuhi dari ASI. Pada umur 9-12 bulan sekitar 50 persen kebutuhannya dari ASI dan umur 1-2 tahun hanya sekitar 20 persen dari ASI .
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kemenkes Jawab Isu Perlindungan Nakes Hilang di RUU Kesehatan