Heboh Fenomena Aphelion di RI, Begini Penjelasan BMKG..

pgr, CNBC Indonesia
06 July 2023 20:26
Komuter mengemudi dengan kecepatan lambat dengan cahaya di tengah pagi yang dingin dan berkabut tebal di jalan tol Delhi-Gurugram dekat gedung pajak pendapatan pada 26 Desember 2022 di Gurugram, India. Kabut tebal menyelimuti wilayah ibu kota nasional pada Senin pagi saat kota itu bergulat dengan kondisi gelombang dingin dengan suhu minimum yang cenderung turun hingga 4 derajat Celcius, menurut ramalan cuaca oleh Departemen Meteorologi India (IMD). (Photo by Parveen Kumar/Hindustan Times via Getty Images)
Foto: Kabut tebal menyelimuti wilayah ibu kota nasional pada Senin pagi saat kota itu bergulat dengan kondisi gelombang dingin dengan suhu minimum yang cenderung turun hingga 4 derajat Celcius, menurut ramalan cuaca oleh Departemen Meteorologi India (IMD). (Hindustan Times via Getty Images/Hindustan Times)

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakang heboh isu mengenai hadirnya fenomena Aphelion atau cuaca dingin di Indonesia diakibatkan karena jarak bumi dengan matahari dalam titik terjauh saat periode revolusi. Informasi tersebut dinilai BMKG tersebar dengan sangat cepat dan cukup meresahkan masyarakat.

BMKG menjelaskan, bahwa sebenarnya fenomena Aphelion adalah fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli. Sementara itu kondisi cuaca dingin yang terjadi di wilayah Indonesia pada periode bulan Juli tidak terkait dengan fenomena Aphelion.

"Saat Aphelion, posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi. Kendati begitu, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan bumi," terang Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat BMKG, Kamis (6/7/2023).

Fenomena suhu udara dingin, kata BMKG, sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli - September). Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT berada pada musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia.

Pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudra Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin.

"Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer," ungkap BMKG

Tak hanya itu, kata BMKG, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari. Hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari.

"Fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan hal ini pula yang nanti dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang," tandas BMKG.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-Hati! BMKG Warning Wilayah RI Panas Mendidih Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular