
Heboh Chaos & 'Civil War' Prancis, Kerugian Tembus Rp 1,6T!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kerusuhan yang terjadi di Prancis sejak sepekan lalu telah menimbulkan dampak besar pada ekonomi negara tersebut. Berbagai bisnis dilaporkan merugi hingga miliaran euro.
Asosiasi bisnis Prancis MEDEF menyebut kerusuhan, yang dipicu oleh penembakan fatal seorang remaja oleh seorang polisi Selasa pekan lalu, telah menyebabkan kerusakan senilai lebih dari 1 miliar euro atau sekitar Rp1,6 triliun.
Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan para pengunjuk rasa telah menyerang hampir 400 cabang bank dan 500 toko sudut. Le Maire juga menyebutkan jumlah toko yang dijarah sebanyak 1.000, menambahkan bahwa bisnis tersebut didukung oleh pemerintah.
Meski begitu, Le Maire meremehkan kemungkinan dampaknya pada ekonomi Prancis yang lebih luas. "Kerusuhan tidak akan berdampak besar pada pertumbuhan Prancis," katanya, seperti dikutip CNN International, Kamis (6/7/2023).
Presiden Prancis Emmanuel Macron sebelumnya mengatakan bahwa dirinya yakin puncak kekerasan telah berlalu. Berbicara kepada para wali kota dari 241 kotamadya yang dilanda protes, Macron menjanjikan dukungan total.
"Pajak dan kontribusi jaminan sosial akan ditangguhkan untuk toko yang telah diserang, dan dibatalkan sama sekali untuk yang paling terkena dampak," kata Le Maire. "Bisnis juga akan memiliki 30 hari daripada lima hari untuk mengajukan klaim asuransi."
DBRS Morningstar, sebuah lembaga pemeringkat kredit, menunjukkan klaim tersebut kemungkinan berjumlah kurang dari 1 miliar euro dalam perkiraan kerusakan, di mana banyak perusahaan tidak akan sepenuhnya dikompensasi atas kerugian mereka.
"Kami percaya total kerugian yang diasuransikan untuk industri asuransi Prancis harus tetap jauh di bawah angka 1 miliar euro," kata DBRS Morningstar, mencatat bahwa pemerintah Prancis menanggung sebagian tanggung jawab atas sebagian kerugian.
"Kerugian gangguan bisnis akibat vandalisme, penjarahan, dan potensi jam malam tidak mungkin ditanggung oleh negara Prancis," tambah agensi itu dalam sebuah catatan.
Gelombang kerusuhan meletus setelah Nahel Merzouk yang berusia 17 tahun ditembak mati saat berhenti lalu lintas di pinggiran kota Paris oleh polisi.
Beberapa hari selanjutnya, para pengunjuk rasa di kota-kota di seluruh Prancis turun ke jalan untuk mengungkapkan kemarahan mereka atas bagaimana komunitas yang terpinggirkan di negara itu diawasi oleh negara.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siapa Nahel Merzouk, Jadi Penyebab 'Civil War' Prancis?
