WMO Beri Warning Pemerintah Dunia, Siap-siap 'Malapetaka'
Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan seluruh pemerintahan di dunia untuk bersiap menghadapi cuaca ekstrem dan suhu tertinggi dalam waktu beberapa bulan mendatang, Selasa (4/7/2023).
Melansir dari CNN, WMO menyebutkan bahwa fenomena pemanasan El Nino akan segera dimulai. El Nino adalah pola iklim alami di Samudra Pasifik tropis yang membawa suhu permukaan laut yang lebih hangat dari rata-rata dan berpengaruh besar terhadap cuaca di Bumi.
"Dimulainya El Nino akan sangat meningkatkan kemungkinan terpecahnya rekor suhu dan memicu gelombang panas yang lebih ekstrem di banyak bagian dunia, baik di daratan maupun lautan," ujar Sekretaris Jenderal WMO, Petteri Taalas, dikutip Rabu (5/7/2023).
"Pernyataan ini merupakan sinyal bagi pemerintah di seluruh dunia untuk melakukan persiapan guna membatasi dampak El Nino terhadap kesehatan, ekosistem, dan ekonomi," imbuhnya.
Dalam tiga tahun terakhir, Bumi mencatatkan suhu dengan angka tertinggi, bahkan ketika fase La Nina yang ditandai dengan suhu lautan lebih dingin dari rata-rata.
"Kombinasi yang sangat kuat antara El Nino dan pemanasan akibat pembakaran bahan bakar fosil manusia membuat 2016 menjadi tahun terpanas yang tercatat," kata WMO.
Meskipun demikian, WMO mengklaim bahwa El Nino pertama yang muncul dalam tujuh tahun terakhir ini dapat membuat 2023 atau 2024 melampaui rekor suhu pada 2016. Menurut WMO, El Niño akan berlanjut selama paruh kedua 2023 dengan kekuatan sedang melalui probabilitas 90 persen.
Selain peningkatan pemanasan laut, peristiwa El Nino biasanya dikaitkan dengan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Amerika Selatan bagian selatan, selatan Amerika Serikat (AS), Tanduk Afrika, dan Asia Tengah.
Namun, El Nino juga bisa memperburuk kekeringan parah, gelombang panas, dan kebakaran hutan di Australia, Indonesia, sebagian wilayah Asia selatan, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan bagian utara.
Selain itu, dampak El Nino lainnya termasuk siklon tropis berbahaya di Pasifik dan pemutihan masif terumbu karang yang rapuh.
Menurut studi terbaru, El Niño tahun ini dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi AS. Studi yang sama juga mengatribusikan bahwa El Niño pada 1997-1998 menghasilkan kerugian pendapatan global sebesar US$5,7 triliun atau sekitar Rp85.747 triliun saat ini dan kerugian sebesar US$4,1 triliun atau sekitar Rp61.677 triliun saat ini akibat El Niño 1982-1983 (asumsi kurs Rp15.043/US$).
Pada Juni lalu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa 51 persen wilayah Indonesia sudah masuk ke musim kemarau. BMKG menyebutkan, puncak musim kemarau 2023 diprediksi terjadi pada periode Juli hingga Agustus mendatang.
(pgr/pgr)