2 Proyek Migas Raksasa RI Bakal Punya Investor Baru Bulan Ini

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
04 July 2023 15:40
Unit Produksi Terapung (Floating Production Unit/FPU) proyek IDD, Kalimantan, Indonesia. Doc. Chevron
Foto: Unit Produksi Terapung (Floating Production Unit/FPU) proyek IDD, Kalimantan, Indonesia. Doc. Chevron

Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan Juli 2023 nampaknya akan menjadi bulan yang cerah bagi sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia. Hal itu lantaran dua proyek migas raksasa di dalam negeri akan segera mendapatkan kepastian investor baru, sehingga diharapkan kedua proyek tersebut bisa segera beroperasi dan memberi manfaat sebesar-besarnya untuk negeri ini.

Kedua proyek migas tersebut adalah Blok Masela, Maluku dan proyek gas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD), Kalimantan Timur.

Hal itu diungkapkan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto.

Dwi menyebut, Blok Masela akan memiliki investor baru pengganti Shell yang akan hengkang, yakni PT Pertamina (Persero) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) asal Malaysia, Petronas.

Sementara proyek IDD akan dikelola oleh perusahaan migas asal Italia, ENI. ENI akan menggantikan Chevron Indonesia Company (CICO) yang telah menyatakan akan mundur dari proyek ini sejak awal 2020 lalu.

Dwi menjelaskan, negosiasi antara PT Pertamina (Persero) dengan Shell perihal pengambil alihan hak partisipasi atau Participating Interest (PI) 35% di Blok Masela berjalan mulus dan telah ada kesepakatan pada akhir Juni lalu.

Dia menyebut, Pertamina akan menggandeng Petronas untuk mengambil alih 35% saham Shell di Blok Masela. Adapun perjanjian jual beli saham ditargetkan akan dilakukan pada bulan Juli 2023 ini.

"Ya itu sudah deal (Pertamina ambil PI Shell) sehingga sekarang sedang menyusun SPA (Shares Purchase Agreement) ya, perjanjian jual beli lah dan di rencanakan sih Juli ini bisa tanda tangan untuk SPA-nya. Kemungkinan sih pertengahan, pokoknya di bulan Juli," jelas Dwi saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Selasa (4/3/2023).

Dwi menyebut, Pertamina akan memiliki 20% hak partisipasi di Blok Masela, dan Petronas sebesar 15%.

"Kalau tidak salah rencananya mungkin ini tergantung nanti terakhir mereka, kalau ga salah 20% Pertamina, 15% Petronas," ucap Dwi.

Dia mengatakan, bergabungnya Petronas untuk mengakuisisi hak partisipasi Shell ini untuk mengurangi beban Pertamina.

"Tapi ini kita ga tahu terakhirnya, kan ini rencana semua, nanti pada saat di SPA (Shares Purchase Agreement)-nya mau ditandatangani ini apakah memang langsung bertiga, apa Pertamina ke sini dulu nanti sangat tergantung dengan awal begitu, kan beban Pertamina juga gak terlalu tinggi ya," tuturnya.

Selan itu, hal yang sama pula akan terjadi di proyek gas laut dalam IDD. Dwi membeberkan bahwa raksasa migas asal Italia alias ENI akan menggantikan posisi Chevron dalam pengelolaan proyek gas laut dalam Indonesia Deepwater Development (IDD), Kalimantan Timur.

Dwi menyebutkan bahwa ENI sudah dipastikan akan menduduki posisi Chevron sebelumnya dalam proyek gas laut dalam tersebut. Saat ini, ujar Dwi, ENI sudah dalam tahap finalisasi untuk perjanjian penggarapan proyek IDD.

"IDD, sudah firmed Chevron diganti dengan ENI dan sekarang sudah dalam tahap finalisasi untuk perjanjiannya," beber Dwi pada kesempatan yang sama.

Selanjutnya, menurutnya proses perjanjian diharapkan akan selesai di bulan Juli 2023 ini.

"Kita harapkan Juli juga akan tuntas juga lah untuk IDD, Juli Ini," tambah Dwi.

Perlu diketahui, kedua proyek migas tersebut bisa dikatakan proyek "raksasa" karena membutuhkan investasi jumbo dan bisa memproduksi minyak dan gas bumi dalam jumlah besar pula. Keduanya pun masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) di era Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Proyek Masela ini dikatakan "raksasa" karena mulanya diperkirakan akan menelan biaya hingga US$ 19,8 miliar, belum termasuk penggunaan teknologi CCUS tersebut. Bila penerapan teknologi CCUS bisa meningkatkan investasi sekitar US$ 1,4 miliar, artinya investasi proyek gas Blok Masela ini bisa melonjak menjadi US$ 21,2 miliar atau sekitar Rp 318 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$).

Blok Masela ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan ditargetkan bisa menghasilkan gas "jumbo" sebesar 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari.

Proyek ini dikelola oleh Inpex Masela Ltd yang bertindak sebagai operator dan memegang hak partisipasi 65% dan 35% masih dipegang oleh Shell.

Inpex dan mitranya nantinya akan membangun Kilang Gas Alam Cair (LNG) di darat yang mulanya ditargetkan sudah bisa beroperasi pada 2027. Terbaru, operasional proyek ini diperkirakan mundur menjadi 2029.

Sementara proyek IDD diperkirakan membutuhkan investasi senilai US$ 6,98 miliar.

Adapun salah satu bagian dari proyek IDD yang sudah beroperasi yaitu Lapangan Bangka, yakni beroperasi pada Agustus 2016 lalu. Namun, proyek ini juga meliputi Lapangan Gendalo dan Gehem yang hingga saat ini belum juga beroperasi.

Awalnya, kedua lapangan tersebut direncanakan akan beroperasi pada kuartal IV tahun 2025. Proyek ini memiliki estimasi produksi gas mencapai 844 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 27.000 barel minyak per hari (bph).


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Chevron Cabut, Proyek Gas Raksasa RI Ini Punya Investor Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular