DBS Indonesia Ungkap Dukungan Agenda Transisi Energi di RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Transisi energi konvensional menuju ke yang lebih hijau dinilai membutuhkan waktu. Dalam perjalanannya, transisi ini membutuhkan dana besar untuk membangun fasilitas baru dan teknologi untuk menciptakan independensi dan mengurangi impor bahan baku.
Dukungan transisi energi dapat diberikan oleh industri perbankan melalui pembiayaan berupa green loans atau bonds, sustainability-linked loans atau bonds, serta transition loans atau bonds.
Executive Director, Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Heru Hatman menjelaskan sebagai purpose-driven bank, pihaknya senantiasa mendorong transition financing. Sepanjang 2022, Bank DBS Indonesia telah menyalurkan pendanaan sebesar Rp 2 triliun untuk membantu sejumlah korporasi dalam bertransisi.
"Hal ini sejalan dengan semangat kami untuk menjadi Bank of Choice for Transition," ujar dia dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (27/6/2023).
Heri menjelaskan DBS Group memiliki tiga pilar keberlanjutan yaitu Responsible Banking, Responsible Business Practices, serta Impact Beyond Banking. Menurut dia, pendanaan sebagai upaya membantu nasabah melakukan transisi menuju energi hijau merupakan wujud dari pilar pertama, yaitu Responsible Banking.
"Pilar tersebut menjadi landasan DBS Group dalam merealisasikan visinya sebagai Best Bank for a Better World. DBS Group mencanangkan rencana dalam mencapai emisi nol bersih pada 2050, lebih cepat dari sejumlah negara tempat DBS Group beroperasi. Untuk itu, DBS Group mengambil langkah proaktif, salah satunya dengan meluncurkan panduan dekarbonisasi bertajuk Our Path to Net Zero-Supporting Asia's Transition to a Low-carbon Economy," lanjut dia.
Dalam panduan tersebut, terdapat sembilan sektor yang menjadi fokus utama. Mulai dari sektor aviasi, otomotif, properti, kimia, pangan dan pertanian, minyak dan gas, energi, baja, dan pelayaran.
Dia mengatakan, sembilan sektor tersebut dipilih karena mewakili 31% keseluruhan portofolio kredit, namun sektor-sektor tersebut menyumbang lebih dari 90% emisi karbon.
Selain itu, potensi sinergi antar sektor juga tergolong tinggi sehingga turut memberikan nilai tambah pemilihan sektor tersebut. Melalui kesembilan sektor tersebut, lanjutnya, DBS Group berkomitmen menjadi advisor nasabah korporat dalam melalui proses transisi ke energi terbarukan.
"Kami senang melihat tren dan tingkat kepedulian korporasi terhadap isu ESG (environmental, social, and governance) kian meningkat. Dengan kolaborasi dari berbagai pihak, baik pelaku bisnis, perbankan hingga pemerintah, pendekatan strategis dapat dikaji dan dirumuskan bersama demi tercapainya Indonesia yang berkelanjutan," tutur Heru.
Senior Equity Researcher DBS Group William Simadiputra juga menambahkan bahwa emisi nol bersih merupakan tolok ukur dekarbonisasi yang patut dicapai secara kolektif sehingga tidak menambahkan emisi baru di atmosfer. Untuk mencapainya, terdapat beberapa jalur yang dapat ditempuh, yaitu energi bersih dan elektrifikasi, penggunaan bahan new age dan mineral baterai, serta ekonomi sirkular dan efisiensi energi.
"Kolaborasi berbagai pihak merupakan kunci untuk mendukung upaya pemerintah dalam menciptakan Indonesia bebas emisi karbon pada 2060 dan mewujudkan dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang," kata dia.
(rah/rah)