
Imbas Ekspor CPO Lesu, Penerimaan Bea Cukai Terjun Payung
Jakarta, CNBC Indonesia - Penerimaan bea dan cukai tercatat tembus Rp 118,36 triliun per Mei 2023 atau sebesar 39% dari target tahun ini. Sayangnya, pertumbuhan bea cukai turun sebesar 15,64% (year on year/yoy) pada Mei 2023.
Penurunan ini dipicu oleh bea masuk yang turun drastis sejalan dengan menurunnya ekspor produk sawit, terutama CPO, dari Indonesia.
"Bea keluar yang koreksi tajam tadi 67,5% atau hanya Rp 15,5 triliun ini karena produk sawit turun tajam 64,13% tembaga koreksi tajam 82% dan untuk bauksit turun 82,5% sehingga memang bea keluar ini sangat dipengaruhi harga komoditas dan policy hilirasi Indonesia yang juga memberikan dampak ke penerimaan bea keluar," tegas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita (26/6/2023).
Dari catatan Sri Mulyani, bea masuk tumbuh tipis sebesar 7,87%. Hal ini didorong oleh menguatnya kurs dolar AS dan pertumbuhan bea masuk dari komoditas utama seperti kendaraan roda empat, suku cadang, besi dan baja, serta mesin pertambangan.
Sementara itu, cukai turun 12,73% akibat penurunan produksi utamanya dari Golongan I.
Bea Keluar (BK) turun 67,52%. Ini dipengaruhi harga CPO yang sudah termoderasi, penerunan volume ekspor mineral dan ekspor tembaga yang sudah tidak terkena bea keluar.
Imbas Penurunan CPO, Penerimaan Bea Cukai Turun Tajam
Jakarta, CNBC Indonesia - Penerimaan Bea dan Cukai tercatat tembus Rp 118,36 triliun per Mei 2023 atau sebesar 39% dari target tahun ini.
Sayangnya, pertumbuhan bea cukai turun sebesar 15,64% (year on year/yoy) pada Mei 2023.
"Bea keluar yang koreksi tajam tadi 67,5% atau hanya Rp 15,5 triliun ini karena produk sawit turun tajam 64,13% tembaga koreksi tajam 82% dan untuk bauksit turun 82,5% sheingga memang bea keluar ini sangat dipengarhui harga komoditas dan policy hilirasi Indonesia yang juga memberikan dampak ke penerimaan bea keluar," tegas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita (26/6/2023).
Dari catatan Sri Mulyani, bea masuk tumbuh tipis sebesar 7,87%. Hal ini didorong oleh menguatnya kurs dolar AS dan pertumbuhan bea masuk dari komoditas utama seperti kendaraan roda empat, suku cadang, besi dan baja, serta mesin pertambangan.
Sementara itu, cukai turun 12,73% akibat penurunan produksi utamanya dari Golongan I.
Bea Keluar (BK) turun 67,52%. Ini dipengaruhi harga CPO yang sudah termoderasi, penerunan volume ekspor mineral dan ekspor tembaga yang sudah tidak terkena bea keluar.
Sementara itu, Sri Mulyani menambahkan penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) sampai Mei 2023 mencapai Rp 89,95 triliun atau turun 12,45% terutama penurunan pada golongan 1 dan 2 yang memang kenaikan tarif cukainya paling tinggi.
Golongan 3 yang kenaikannya sangat rendah dan kecil justru mengalami kenaikan produksi sebesar 24,68%.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Komunitas Brompton Buka Suara Soal Tarif Baru Sepeda Impor