RI Bisa Ubah Rp 1.000 jadi Rp 1 Sekarang? Begini Kata Ekonom!
Jakarta, CNBC Indonesia - Redenominasi rupiah yang disinggung Bank Indonesia (BI) baru-baru ini turut menjadi sorotan para pengamat ekonomi tanah air. Mereka menilai situasi perekonomian Indonesia saat ini sudah memadai untuk melakukan redenominasi.
VP Economist Bank Permata Josua Pardede menjelaskan redenominasi merupakan penyederhanaan jumlah digit pada rupiah, tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai tukar rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
Manfaat redenominasi rupiah akan mendorong perekonomian menjadi lebih ringkas dan efisien, karena transaksi keuangan tidak lagi melibatkan penulisan nominal besar.
"Redenominasi juga akan berdampak pada aspek sosial, yakni meningkatkan kedaulatan moneter dan mengontrol pemakaian mata uang asing," jelas Josua Pardede kepada CNBC Indonesia, Jumat (23/6/2023).
Josua mengungkapkan, ada dua kondisi stabilitas utama yang mendukung penerapan redenominasi, antara lain stabilitas makro ekonomi dan stabilitas sosial politik.
Stabilitas makro ekonomi untuk mendukung redenominasi yang dimaksud, yakni ditandai dengan tingkat inflasi yang relatif terkendali, perningkatan pertumbuhan ekonomi, yang didukung berbagai implementasi kebijakan fiskal dan moneter. Selain itu juga, tren cadangan devisa yang cenderung meningkat.
Melihat faktor-faktor di atas, menurut Josua saat ini sebenarnya Indonesia sudah bisa melakukan redenominasi. Namun sosialisasi kepada masyarakat yang paling penting untuk dilakukan.
"Sosialisasi kepada masyarakat umum yang paling penting. Selain edukasi dan sosialisasi yang intensif, keberhasilan dari redenominasi juga dipengaruhi oleh dukungan dari seluruh pihak, antara lain pemerintah, DPR, dan pelaku bisnis dan masyarakat," jelas Josua.
"Sehingga tidak ada konsep yang keliru dari redenominasi, sosialisasi pengadaan dan distribusi uang, serta penegakan hukum dan juga support teknologi informasi dan akuntansi," kata Josua lagi.
Terpenting, kata Josua, redenominasi berbeda dengan sanering atau pemotongan nilai uang yang pernah terjadi sekitar tahun 1960-an. "Jadi bentuk sosialisasi ini perlu dilakukan bertahap dan tentunya memerlukan waktu yang tidak singkat."
Senada juga disampaikan oleh Kepala Ekonom BCA David Sumual. David memandang, Indonesia sudah siap untuk meredenominasi rupiah, melihat inflasi yang mulai dalam tren melandai.
Inflasi Indonesia sempat menyentuh level tertinggi pada level 5,51% pada 2022. Saat ini inflasi Indonesia sudah mencapai 4%pada Mei 2023.
"Inflasi sudah turun, sehingga BI sebenarnya saat ini bisa saja melakukan redenominasi rupiah," jelas David kepada CNBC Indonesia.
Kendati demikian, redenominasi perlu disinkronkan dengan blue print sistem pembayaran BI, terutama rupiah digital. Selain itu, proses redenominasi perlu dilakukan bertahap dan membutuhkan sosialisasi kepada publik yang baik.
Juga kontrol harga barang harus dilakukan saat redenominasi, karena risiko terancam menaikkan harga kebutuhan masyarakat.
(cap/cap)