Asia Memanas! Dua Negara Jiran Ini Terancam Perang Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Perseteruan antara Armenia dan Azerbaijan soal wilayah Nagorno-Karabakh masih terus berlanjut. Kali ini, potensi ketegangan terlihat dari penolakan Baku terhadap proposal jaminan tambahan untuk etnis Armenia di wilayah itu.
Nagorno-Karabakh, yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, telah menjadi sumber konflik antara dua tetangga Kaukasus sejak tahun-tahun menjelang runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dan antara etnis Armenia dan Turki Azeri selama lebih dari satu abad.
Setelah pertempuran sengit dan gencatan senjata yang ditengahi Rusia, Azerbaijan pada tahun 2020 mengambil alih wilayah yang telah dikuasai oleh etnis Armenia di dalam dan sekitar wilayah pegunungan.
Kedua belah pihak sejak itu telah mendiskusikan kesepakatan damai di mana mereka akan menyepakati perbatasan, menyelesaikan perbedaan atas daerah kantong, dan mencairkan hubungan.
Dalam apa yang tampak seperti terobosan, Perdana Menteri Nikol Pashinyan bulan lalu mengatakan bahwa Armenia mengakui bahwa Karabakh adalah bagian dari Azerbaijan. Tapi ia ingin Baku memberikan jaminan bagi populasi etnis Armenia.
Pashinyan diketahui berada di bawah tekanan domestik untuk melindungi hak-hak etnis Armenia yang tinggal di daerah Karabakh karena Baku mendorong agar pemerintah etnis Armenia dan struktur militer dibubarkan dan penduduk menerima paspor Azerbaijan.
Namun, dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Menteri Luar Negeri Azerbaijan Jeyhun Bayramov mengatakan jaminan seperti itu tidak diperlukan, dan permintaan tersebut sama dengan campur tangan dalam urusan Azerbaijan.
"Kami tidak menerima prasyarat seperti itu karena sejumlah alasan. Yang paling mendasar adalah sebagai berikut: ini adalah masalah internal dan berdaulat," tutur Bayramov, dikutip Jumat (23/6/2023).
"Konstitusi Azerbaijan dan sejumlah konvensi internasional di mana Azerbaijan menjadi peserta memberikan semua persyaratan yang diperlukan untuk menjamin hak-hak penduduk ini."
Bayramov mengatakan etnis Armenia masih dapat menggunakan dan dididik dalam bahasa mereka sendiri dan melestarikan budaya mereka jika mereka berintegrasi ke dalam masyarakat Azerbaijan dan struktur negara seperti etnis dan agama minoritas lainnya.
Ia menambahkan telah ada "beberapa kemajuan" dalam pembicaraan damai, tetapi juga menunjukan lebar jurang yang tersisa sebelum pihaknya bertemu rekannya dari Armenia untuk pembicaraan lebih lanjut di Washington minggu depan.
"Mengapa perdana menteri Armenia membutuhkan waktu dua setengah tahun (sejak perang berakhir) untuk mengatakan bahwa dia benar-benar mengakui kedaulatan dan keutuhan wilayah Azerbaijan?"
Bayramov, yang berada di London untuk menghadiri konferensi tentang pemulihan Ukraina, juga mengeluhkan kehadiran ribuan tentara Armenia yang terus berlanjut di wilayah Azerbaijan. Bayramov mengatakan kesepakatan damai dapat dicapai jika Armenia siap mengambil langkah-langkah tertentu.
"Jika ada kemauan tidak hanya untuk membuat pernyataan tetapi melakukan beberapa langkah praktis, saya pikir kemungkinan untuk mencapai kesepakatan bahkan lebih awal dari akhir tahun," katanya.
"Tapi jika tidak ada kesiapan nyata ... mungkin nanti."
Rusia, yang memiliki penjaga perdamaian di lapangan, dan Washington serta Uni Eropa semuanya berusaha secara terpisah untuk membantu memastikan perdamaian abadi antara Azerbaijan dan Armenia, yang telah berperang dua kali sejak awal 1990-an dan masih beberapa kali melakukan baku tembak sporadis.
Sementara itu, ketegangan juga sempat meningkat karena Baku memasang pos pemeriksaan di Koridor Lachin, satu-satunya jalan yang menghubungkan daerah kantong dengan Armenia, Azerbaijan beralasan ini disebabkan gangguan berbulan-bulan dari pihak yang mengklaim aktivis lingkungan Azerbaijan.
(luc/luc)