
Kuat di Produk Tradisional, Kinerja Asuransi Ini Tetap Tumbuh

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan asuransi jiwa PT Bhinneka Life Indonesia optimisme tahun ini bisa kembali melanjutkan pencapaian positif, meskipun ada kekhawatiran pelemahan ekonomi di 2023. Hal ini mengacu pada pecapaian kinerja perusahaan di kuartal pertama 2023 yang jauh di atas industri asuransi.
"Kami meraih growth yang positif. Kami berupaya menjaga agar growth ini sustain, bahkan bisa lebih baik dari tahun lalu," kata Direktur Utama Bhinneka Life, Benny Indra kepada wartawan di Jakarta, Kamis (22/6).
Benny menjelaskan, pada kuartal pertama 2023, pendapatan premi Bhinneka Life tumbuh 18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan itu jauh lebih tinggi dari industri asuransi yang minus 11%.
Ia pun optimistis perusahaan bisa meraih pertumbuhan 25%. Atau bahkan bisa lebih besar dari pencapaian tahun lalu yang meraih pertumbuhan pendapatan premi sebesar 33% atau menjadi Rp 585,45 miliar (unaudited).
Dengan capaian itu, laba perusahaan juga ikut meningkat 133% menjadi Rp 13,96 miliar (unaudited). Sementara RBC Bhinneka Life turut meningkat 73% menjadi 350,95% (unaudited), dan total aset meningkat 17% menjadi Rp 1,68 triliun (unaudited) jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2021.
Terkait klaim, tahun 2022 lalu, Bhinneka Life telah membayarkan klaim ke nasabah senilai Rp 753,4 miliar.
Benny menambahkan, industri asuransi belum sepenuhnya pulih setelah terpuruk akibat pandemi Covid 19. Hal itu disebabkan penjualan tatap muka terhenti. Saat ini setelah pandemi usai, industri juga menghadapi kendala dengan berlakunya kebijakan untuk produksi premi Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI) atau unit link.
Terjadi peralihan produk dan metode pembayaran yang dipilih nasabah. Nasabah memilih ke produk tradisional.
Kondisi itu juga disampaikan Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon. Menurut dia, pendapatan pendapatan industri asuransi jiwa tahun 2022 turun 7,5% yakni sebesar Rp 223 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 241,17 triliun.
Dijelaskan, penurunan cenderung disebabkan menurunnya pendapatan premi yang berkontribusi sebesar 86,1% terhadap total pendapatan. "Penurunan pendapatan industri asuransi jiwa sebagian besar dipengaruhi oleh shifting produk dan metode pembayaran premi oleh masyarakat," ujar Budi.
Benny melanjutkan, Bhinneka Life bisa tumbuh jauh di atas industri karena selama ini kuat di produk tradisional. Makanya, bagi Bhinneka Life, apa yang terjadi di industri asuransi itu tidak terpengaruh, karena mayoritas produk adalah tradisional.
Meskipun demikian, Benny Indra tetap mengantisipasi dengan adanya pelemahan ekonomi global yang berpengaruh pada ekonomi nasional.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, ancaman resesi dan perlambatan ekonomi global pada 2023 bukanlah tantangan yang mudah. Terutama akibat ketegangan geopolitik yang berimbas pada disrupsi rantai pasok global yang berpotensi berimbas pada perekonomian nasional.
Menurut Benny, kondisi itu bisa disikapi dengan tetap melakukan upaya penetrasi pasar, termasuk meningkatkan literasi keuangan ke masyarakat. Langkah yang ditempuh dengan melakukan edukasi saat penjualan.
Benny menegaskan, salah satu hal yang menjadi perhatian utama mereka adalah masalah edukasi dan pengetahuan terhadap produk. Edukasi bagi masyarakat perlu dilakukan terus menerus agar masyarakat memiliki pengetahuan yang benar tentang asuransi secara umum dan juga produk-produk asuransi itu sendiri.
Sedangkan, edukasi terhadap tenaga penjual perlu dilakukan secara rutin agar mereka memiliki pengetahuan yang baik dan benar terhadap produk yang akan dijual kepada konsumen. Hal ini penting agar tidak terjadi missselling dan pada akhirnya terjadi perselisihan antara konsumen dan perusahaan asuransi.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penetrasi Pasar Masih Minim, Industri Asuransi Optimis Hadapi 2025