Internasional

Ramai-Ramai Perusahaan Mau Pergi dari Jerman, Ada Apa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
21 June 2023 21:00
Ilustrasi manufaktur Jerman. (AP Photo)
Foto: Ilustrasi manufaktur Jerman. (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ramai-ramai perusahaan mau "minggat" dari Jerman. Harga energi yang sangat tinggi membuat beberapa perusahaan mempertimbangkan untuk meninggalkan negara tersebut.

Fakta ini disampaikan Kepala Federasi Industri Jerman (BDI), Siegfried Russwurm. Dalam sebuah wawancara, dimuat CNBC International, Rabu (21/5/2023). Ia mengaku situasi energi di negaranya cukup buruk sehingga tak heran jika perusahaan membuat opsi untuk pindah ke luar negeri.

"Banyak perusahaan milik keluarga ... memiliki rencana yang sangat operasional untuk pindah," kata Russwurm, menambahkan bahwa kondisi bisnis di Jerman saat ini telah menciptakan hambatan bagi perusahaan.

"Banyak bisnis yang berkantor pusat di Jerman berjalan dengan baik secara global, tetapi mereka berjuang dengan operasi di negara mereka sendiri," tambahnya, menambahkan birokrasi dan administrasi yang lambat sebagai tekanan tambahan bagi perusahaan.

Menteri Ekonomi Robert Habeck juga membahas masalah ini dalam pidatonya hari kedua konferensi Hari Industri BDI di Berlin pada Selasa. Menurutnya banyak perusahaan yang ingin pindah ke tempat lain.

"Dalam pandangan saya, Jerman adalah lokasi yang menarik bagi perusahaan baru dan yang sudah ada," kata Habeck.

"Tentu saja, industri material berada di bawah tekanan akibat harga energi yang lebih tinggi, tetapi ada keputusan politik yang harus diambil," ujarnya.

Sebagai informasi, harga listrik dan gas mencapai rekor tertinggi di seluruh Eropa pada tahun 2022 setelah invasi Rusia ke Ukraina. Biaya yang sangat tinggi terus berkontribusi terhadap inflasi yang sangat tinggi di seluruh daratan Eropa dan Inggris Raya.

Pada Mei, pemerintah Jerman mengungkapkan rencana untuk menyisihkan sekitar 4 miliar euro setiap tahun untuk mensubsidi harga listrik untuk industri padat energi. Ini dilakukan sebagai upaya melindungi beberapa bisnis dari biaya tinggi.

Di sisi lain, BDI juga membuat prediksi serius untuk Jerman pada Senin. Di mana lembaga itu memperkirakan "garis datar" dalam produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

"A plus 2,7 (persen dalam pertumbuhan PDB) secara global dan nol bagi kita (Jerman) jelas mengatakan: Jerman tertinggal," kata Russwurm dalam sebuah pernyataan.

Data dari kantor statistik Jerman pada 25 Mei menunjukkan revisi ke bawah PDB Jerman selama tiga bulan pertama tahun 2023, menempatkan ekonomi ke dalam resesi teknis. PDB awalnya diperkirakan nol, tetapi diubah menjadi -0,3%.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh, Raksasa Eropa Ini Beneran Jatuh ke Jurang Resesi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular