
Tanpa THR, Jajan Orang RI Saat Cuti Bersama Tak Kayak Lebaran

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan ekonom memperkirakan, cuti bersama tambahan pada saat Hari Raya Idul Adha akhir bulan ini tak akan signifikan mengerek tingkat konsumsi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 pun mereka perkirakan tidak akan setinggi kuartal I-20223.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan konsumsi masyarakat tidak akan signifikan selama tiga hari libur Idul Adha, pertama karena tidak adanya stimulus pendapatan tambahan seperti saat Idul Fitri dengan adanya tunjangan hari raya (THR).
"Saya rasa impact ke konsumsi tetap positif namun tidak akan sebesar libur Idul Fitri kemarin karena nomor satunya itu no THR this time," kata Andry kepada CNBC Indonesia, Selasa (21/6/2023).
Selain itu, secara tren yang tergambar dari Mandiri Spending Index (MSI) Andry mengungkapkan, belanja masyarakat cenderung turun pasca masa lebaran atau Idul Fitri. Sebab pada Idul Fitri belanja mereka tinggi, tergambar dari Indeks MSI April 2023 yang sebesar 151,1 atau naik 22,2 poin dari angka indeks Maret.
"Banyak yang masih recover setelah spend banyak setelah Lebaran kemarin. Ada biaya masuk sekolah yang mesti dicadangkan. Kalau lihat tren belanja terakhir dari MSI belanja masyarakat lagi normalized pasca lebaran," ujar Andry.
Oleh sebab itu, ia berpendapat, perlu koordinasi kuat antara pemerintah dan pelaku usaha untuk membuat program yang mampu mendorong konsumsi selama Idul Adha, seperti program diskon besar-besaran di tempat-tempat pusat belanja.
"Untuk mendorong belanja masyarakat menengah-atas, perlu ada koordinasi dengan pengusaha mall dan hiburan untuk melakukan banyak 'gimmick' sales dan diskon agar mereka banyak tertarik belanja di dalam negeri," tuturnya.
Pernyataan serupa juga disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad. Menurutnya, laju konsumsi pada akhir kuartal II-2023 itu tidak akan tinggi dengan adanya hari libur panjang karena dari sisi pendapatan juga tidak ada stimulus.
"Kalau Idul Fitri yang agak panjang, belanja sosialnya lebih banyak, belanja makan minum lebih banyak, ketimbang Idul Adha, ada THR juga, kalau ini kan enggak ada," ungkap Tauhid dalam kesempatan terpisah.
Oleh sebab itu, ia memperkirakan laju pergerakan ekonomi selama libur Idul Adha nantinya tidak akan banyak memberi dampak bagi pertumbuhan ekonomi. Sebab, faktor pengurangannya cenderung lebih besar seperti produktivitas industri manufaktur yang terhambat di saat permintaan ekspor secara global tengah lemah karena perlambatan ekonomi negara-negara maju.
"Jadi dampaknya ke ekonomi kuartal II akan turun, kalau melihat trennya akan sedikit turun. Ini tapi faktornya di dalam negeri karena tren konsumsi belum meningkat cukup kuat, dan faktor ekspor impor trennya menurun drastis," ucap Tauhid.
Dengan catatan itu, ia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 masih akan berada di kisaran 5% meski lebih rendah dari realisasi pertumbuhan pada kuartal I-2023 yang sebesar 5,03%. Salah satunya karena hanya ditopang konsumsi masyarakat selama periode libur lebaran atau Idul Fitri.
"Pertumbuhannya sekitar 5% masih tapi di bawah 5,03% karena faktor hari raya Idul Fitri, bukan karena Idul Adha karena dampaknya secara tren kecil. Tapi mungkin trennya kuartal III dan IV lebih turun karena faktor eksternal tadi," ungkapnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Beredar SKB 3 Menteri: Libur Cuti Bersama Idul Adha 3 Hari