Ada Produk BBM Baru, Harga Bensin Ini Jadi Lebih Mahal?

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
20 June 2023 16:25
Program Subsidi Tepat MyPertamina, pembelian BBM melalui scan QR Code. (Dok. PT Pertamina Patra Niaga)
Foto: Program Subsidi Tepat MyPertamina, pembelian BBM melalui scan QR Code. (Dok. PT Pertamina Patra Niaga)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara mengenai harga dari produk Bahan Bakar Minyak (BBM) baru yang akan diluncurkan PT Pertamina (Persero) yakni Pertamax (RON 92) dicampur dengan bioetanol.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan bahwa nantinya campuran antara Pertamax dengan bioetanol tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah.

Dia mengatakan bahwa nantinya produk tersebut akan bisa diperoleh masyarakat di wilayah yang memang tidak memerlukan subsidi dari pemerintah.

"Kita juga dengan pertamina masih desain mau dicampur ke bagian yang mana, supaya per sekarang tidak ada subsidi dari pemerintah jadi harus masuk ke wilayah yang memang secara harga tidak membutuhkan support subsidi atau insentif," ujar Dadan saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Selasa (20/6/2023).

Lantas berapa harga produk BBM teranyar tersebut?

Sayangnya, Dadan tidak menyebutkan secara detail berapa harga yang akan ditetapkan pada BBM dengan campuran bioetanol itu. Namun Dadan mengatakan bahwa harga dari bioetanol itu sendiri hampir menyamai harga jual Pertamax saat ini sebesar Rp 12.400 per lier.

"Pertamax sekarang berapa. Ya sekitar segitu juga bioetanol," jawab Dadan saat ditanya harga dari bioetanol.

Dia juga mengatakan bahwa pihaknya akan mulai uji coba komersialisasi BBM baru tersebut terutama pada wilayah Jawa Timur yakni Surabaya dan Mojokerto.

"Di wilayah timur sekitar Surabaya Mojekerto, karena pabriknya ada disana di Malang dan Mojokerto. Sekarang kita fokus ke Mojokerto dulu," jelas Dadan.

Adapun, Dadan juga mengatakan bahwa pencampuran bioetanol ke dalam Pertamax akan diuji coba dan mulai bisa didapatkan oleh masyarakat melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina mulai Juli 2023.

"Kita sudah lama supaya itu bisa bejalan dari tahun 2008 sudah mulai ada kajian uji coba, dan sempat berjalan namun keekonomian tidak masuk kemudian berhenti. Nah sekarang karena presiden meminta untuk berjalan, kan Perpres sudah ditandatangani untuk itu mudah-mudahan ini di awal Juli kita bisa melaksanakan (komersialisasi) untuk wilayah yang terbatas," tambahnya.

Di lain sisi, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji pernah mengatakan bahwa produk BBM baru Pertamina tersebut saat ini masih dalam tahap uji coba. Pencampuran bioetanol pada Pertamax diuji coba pada tingkat 5%.

"Sekarang ujinya sudah dilaksanakan, tapi sudah bagus sih nanti akan dilanjutkan. 5% kadar etanolnya," tutur Tutuka saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (14/6/2023).

Dia mengatakan, nantinya hasil uji coba akan dievaluasi untuk menghitung skala keberhasilannya. "Nanti akan kita evaluasi. Saat ini kan masih menghitung skala keberhasilannya," imbuhnya.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati membeberkan Pertamina berencana untuk meluncurkan produk BBM baru. Peluncuran produk baru tersebut merupakan upaya perusahaan dalam mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Di samping itu, hal ini juga sebagai upaya perusahaan untuk menurunkan emisi karbon dan mewujudkan kemandirian energi.

"Jadi nanti kita di bulan ini, gak papa ya Pak Alfian kita bocorin dulu, kita mau launching produk baru. Yaitu bioetanol, jadi Pertamax kita campur dengan etanol," ujar Nicke dalam Media Briefing Capaian Kinerja 2022, Selasa (6/6/2023).

Menurut Nicke, produksi produk baru BBM ini nantinya tidak akan mengganggu pasokan tebu untuk kebutuhan industri gula. Adapun, bioetanol sendiri diproduksi dari hasil fermentasi molases (tetes tebu).

"Ini nanti rebutan gak dengan pabrik gula? Enggak. Ini cuma tetes tebu aja, jadi pabrik gula jalan ada tetes tebunya," ujar Nicke.

Selain dari tebu, Indonesia juga masih memiliki potensi bahan baku yang cukup besar sebagai sumber bioetanol. Pasalnya, sumber bioetanol juga dapat berasal dari singkong dan jagung.

"Jadi kita akan terus lakukan riset-riset untuk menghasilkan bioenergi dari bahan baku nabati. Jadi tantangannya yang kedua adalah ke orangnya ya," ujar Nicke.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wih, Daerah di RI Ini Bakal Punya Produk BBM Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular