
Sah! Selandia Baru Masuk Jurang Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia - Selandia Baru resmi mengalami resesi teknis, Kamis (15/6/2023). Produk domestik bruto (PDB) negeri itu turun 0,1% pada kuartal pertama (Q1) 2023 setelah bank sentralnya memulai salah satu siklus kenaikan suku bunga paling agresif di dunia.
Resesi bisa diartikan penurunan ekonomi selama dua kuartal atau lebih, berturut-turut, dalam satu tahun. Di kuartal terakhir 2022 (Q4), Selandia Baru melaporkan penurunan 0,7%.
Mengutip Trading Econmics, industri primer menyusut 0,5% dipimpin oleh perlambatan di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Sektor produksi barang memberikan kontribusi sebesar 0,4%, sebagian besar disebabkan oleh penurunan manufaktur, turun 1,19%.
Sementara itu, industri jasa turun tipis sebesar 0,6%. Di mana industri transportasi, pos, dan pergudangan juga minus (-) 2,2%.
Hal ini sebenarnya sesuai dengan survei sejumlah ekonom. Secara tahunan (yoy), ekonomi Selandia Baru tumbuh 2,9% pada Q1.
"Ekonomi Selandia Baru berada di tengah-tengah pelambatan kebijakan yang diperlukan setelah pemulihan pasca-pandemi yang kuat," kata Dana Moneter Internasional (IMF) dalam pernyataan Rabu Jelang rilis PDB mengutip CNBC International.
IMF juga memperingatkan terhadap bank sentral yang beralih ke langkah-langkah pelonggaran kebijakan moneter. Di mana lembaga itu menyebut Wellington masih harus membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.
"Karena inflasi yang tidak dapat diperdagangkan terus berlanjut, ada sedikit ruang untuk menurunkan OCR dalam waktu lama," tulis IMF.
"Permintaan kembali meningkat, termasuk karena konsolidasi fiskal yang tidak mencukupi, dan inflasi yang terhenti di atas target akan meminta pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut," jelas badan tersebut.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News! Tetangga RI Masuk Jurang Resesi: Selandia Baru