Pertamina Mau Luncurkan Produk BBM Baru, Ini Kata ESDM
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) angkat suara perihal rencana produk Bahan Bakar Minyak (BBM) baru PT Pertamina (Persero), yakni pencampuran antara Bahan Bakar Nabati (BBN) bioetanol pada BBM non subsidi, khususnya untuk jenis Pertamax (RON 92).
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan bahwa produk BBM baru Pertamina tersebut saat ini masih dalam tahap uji coba. Pencampuran bioetanol pada Pertamax diuji coba pada tingkat 5%.
"Sekarang ujinya sudah dilaksanakan, tapi sudah bagus sih nanti akan dilanjutkan. 5% kadar etanolnya," tutur Tutuka saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (14/6/2023).
Dia mengatakan, nantinya hasil uji coba akan dievaluasi untuk menghitung skala keberhasilannya.
"Nanti akan kita evaluasi. Saat ini kan masih menghitung skala keberhasilannya," imbuhnya.
Namun yang pasti, Tutuka menyebutkan bahwa implementasi pencampuran tersebut belum akan dilakukan untuk skala komersial pada 2023 ini. Dia beralasan, masih dibutuhkan beberapa tahap untuk bisa mengomersialisasikan produk baru BBM ini.
"Itu masih percobaan. Kita belum sampai ke tahap komersial, masih dalam skala layak jalan percobaan, nanti baru diterapkan," paparnya.
"Tahun ini mungkin proven concept dulu," ucapnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati membeberkan Pertamina berencana untuk meluncurkan produk BBM baru. Peluncuran produk baru tersebut merupakan upaya perusahaan dalam mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Di samping itu, hal ini juga sebagai upaya perusahaan untuk menurunkan emisi karbon dan mewujudkan kemandirian energi.
"Jadi nanti kita di bulan ini, gak papa ya Pak Alfian kita bocorin dulu, kita mau launching produk baru. Yaitu bioetanol, jadi Pertamax kita campur dengan etanol," ujar Nicke dalam Media Briefing Capaian Kinerja 2022, Selasa (6/6/2023).
Menurut Nicke, produksi produk baru BBM ini nantinya tidak akan mengganggu pasokan tebu untuk kebutuhan industri gula. Adapun, bioetanol sendiri diproduksi dari hasil fermentasi molases (tetes tebu).
"Ini nanti rebutan gak dengan pabrik gula? Enggak. Ini cuma tetes tebu aja, jadi pabrik gula jalan ada tetes tebunya," ujar Nicke.
Selain dari tebu, Indonesia juga masih memiliki potensi bahan baku yang cukup besar sebagai sumber bioetanol. Pasalnya, sumber bioetanol juga dapat berasal dari singkong dan jagung.
"Jadi kita akan terus lakukan riset-riset untuk menghasilkan bioenergi dari bahan baku nabati. Jadi tantangannya yang kedua adalah ke orangnya ya," ujar Nicke.
(wia)